Makkiyah & Madaniyah, penjelasannya berdasarkan pendapat ulama - Disini Kita Akan Membahas mengenai makkiyah & maddaniyah, berdasarkan pendapat ulama - all about tips in Properti computer. makalah, programming, hacker, wisata, Kesehatan, Peninggi Badan, Sixpack, cara dan tips berbagai permasalahan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus sumber rujukan utama bagi umat Islam. Memahami kandungan al-Qur’an tentu akan sangat bermanfaat sekali karena di dalam al-Qur’an tidak hanya memuat masalah-masalah keimanan, ibadah, dan sejarah umat terdahulu, tetapi al-Qur’an juga memperhatikan masalah sains, gender, HAM, dan permasalahan lainnya yang berkaitan dengan kemaslahatan umat manusia.
Menurut fakta historis, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur (tartil), dalam jangka waktu yang cukup panjang yakni lebih kurang 23 tahun. Menurut sebagian ulama, di antaranya Syaikh Muhammad al-Khudhari Bek, turunnya al-Qur’an memakan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dimulai tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kenabian saw dan berakhir pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijrah (610-632 M).
Nabi Muhammad saw pernah bertempat tinggal di dua kota ternama, yaitu Mekah dan Madinah, maka mudah dipahami jika para ilmu-ilmu al-Qur’an membedakan surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi surah/ayat Makkiyah dan surah/ayat Madaniyah. Sehingga para ulama antusias untuk menyelidiki surah-surah Makkiyah dan Madaniyah tersebut dengan memperhatikan beberapa aspek, seperti waktu turunnya, tempat, dan pola kalimat.
2. Taubat, Muhasabah, Khouf, Ikhlas
3. Pengertian Hakikat & Hikmah Ibadah
4. Syariat & Ilmu Fiqh
5. Thoharoh (Bersuci) Serta Kegunaanya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ?
2. Bagaimana Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah Madaniyah ?
3. Apa Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah ?
4. Bagaimana Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
5. Apa Perbedaan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
6. Apa Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah ?
7. Apa Saja Ayat-Ayat Yang Pertama Dan Terakhir Kali Turun ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
2. Menjelaskan Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah Madaniyah
3. Menjelaskan Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
4. Menjelaskan Bagaimana Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah
5. Menjelaskan Apa Perbedaan ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah
6. Menjelaskan Apa Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah
7. Menjelaskan Apa Saja Ayat-Ayat Yang Pertama Dan Terakhir Kali Turun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Pembedaan Makkiyah dan Madaniyah sangat mendapat perhatian dari para ahli ilmu al-Qur’an karena korelasi ayat Makkiyah dan Madaniyah menimbulkan konsekuensi hukum syariah. Sehingga para ahli ilmu al-Qur’an berbeda pendapat dalam menentukan definisi Makkiyah dan Madaniyah. Terdapat empat pendekatan dalam mendefinisikan Makkiyah dan Madaniyah :
1. Pendekatan Historis (Mulahadzatu zamanin nuzul)
Pendekatan historis ialah teori yang berorientasi pada sejarah masa turunnya wahyu. Pendekatan historis disebut juga tartib zamany, karena berpatokan pada masa turunnya. Menurut teori ini, wahyu al-Qur’an dipisahkan dengan hijrah. Maka untuk mempermudah memahami Makkiyah dan Madaniyah dibuat tiga fase dalam teori ini.
Tiga fase Makkiyah:
a. Fase Permulaan (Marhalah Ibtidaiyah), yakni sebelum hijrah Rasul ke kota Madinah. Pada fase ini para ulama sepakat untuk memasukkannya dalam kelompok Makkiyah. Surah-surah tersebut ialah Al-Alaq, Al-Muddatsir, At-Takwier, Al-Ala, Al-Lail, Al-Insyirah, At-Takatsur, Al-Adiyat, An-Nazm.
Masing-masing surat menggambarkan tentang tahap demi tahap dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw berdasarkan wahyu. Misalnya surah al-Alaq sebagai surat yang pertama kali turun, Allah swt mengajak manusia mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakannya dari sesuatu yang melekat. Manusia mendapat kehormatan di sisi Allah dengan ilmu yang diajarkan-Nya. Begitu juga dengan surah-surah lainnya yang juga telah memuat hal-hal penting guna memperkuat misi Nabi Muhammad SAW. Sehingga, pada fase permulaan ini, al-Qur’an mengandung persoalan-persoalan kebenaran wahyu dan agama yang dibawa Nabi, sifat-sifat kemahakuasaan Allah, rahmat dan kasih sayang-Nya, hari kiamat dan pertanggungjawaban amal manusia.
b. Fase Pertengahan (Marhalah Mutawassithah), yakni setelah hijrah Rasul. Para ulama sepakat untuk memasukkannya dalam kelompok Makkiyah, surah-surah tersebut ialah Abasa, At-Tin, Al-Qoriah, Al-Mursalat, Al-Balad, Al-Hijr, Al-Qiyamah.
Surah-surah yang turun pada fase ini pembahasannya lebih mendetail dan membahas hal-hal yang bertalian dengan hakekat manusia, hakekat kehidupan, hakekat tujuan hati, hakekat hari kiamat dan situasi pada hari kiamat semuanya akan dijelaskan secara mendalam seperti dalam surah Abasa.
c. Fase Terakhir (Marhalah Khitamiyah), yakni antara Mekkah dan Madinah. Para ulama sepakat untuk memasukkan surah-surah sseperti Ad-Dukhan, Az-Zukhruf, As-Soffat, As-Sajdah, Ibrahim, Al-Kahfi, dan Adz-Dzariyat dalam surah Makkiyah.
Surah-surah dan ayat-ayat yang turun pada fase terakhir ini jauh lebih panjang dibandingkan dengan surah dan ayat yang turun pada fase permulaan dan pertengahan. Dan kebanyakan seruan wahyunya tertuju pada seluruh umat, karena kebanyakan surah pada fase permulaan dan pertengahan tertuju pada penduduk Mekah.
Maka, ayat-ayat Makkiyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah meskipun turunnya ayat tersebut di luar Mekah. Sedangkan Madaniyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang turun setelah hijrah meskipun turunnya di luar Madinah. Sehingga ayat yang turun di luar Madinah atau turun di Mekkah atau Arafah setelah hijrah disebut Madaniyah, contohnya ayat yang turun pada ‘aamul fath (hari pembukaan kota Mekkah), QS. An-Nisa :58.
Tiga fase Madaniyah:
a. Fase Permulaan (Marhalah Ibtidaiyah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah al-Baqarah, al-Anfal, ali Imran, al-Ahzab, al-Mumtahinah, an-Nisa’ dan al-Hadid.
b. Fase Pertengahan (Marhalah Mutawassithah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah Muhammad, at-Talaq, al-Hasyr, an-Nur, al-Munafiqun, al-Mujadalah, dan al-Hujurat.
c. Fase Terakhir (Marhalah Khitamiyah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah al-Tahrim, al-Jumu’ah, al-Ma’idah, at-Taubah, an-Nasr.
Menurut Doktor Dubhy Saleh, apabila kita ingin membandingkan antara ketiga periode tersebut untuk memegang teguh pendapat dan kesan-kesan dari tiap periode Madaniyyah, maka cukup membandingkannya dengan satu surah dari tiap-tiap periode, seperti surah al-Baqarah pada fase permulaan, surah an-Nur pada fase pertengahan, dan surah al-Ma’idah padafase terakhir.
2. Pendekatan Geografis (Mulahadzatu makanin nuzul)
Pendekatan geografis ialah teori yang berorientasi pada tempat turunnya ayat. Pendekatan geografis disebut juga dengan tahdid makany. Maka ayat Makkiyah ialah ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, Hudaibiyah. Sedangkan ayat Madaniyah ialah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Salwa. Teori ini memiliki beberapa kelemahan seperti:
- Pembagian ayat (sebelum dan sesudah hijrah) tidak mempunyai batasan tempat yang jelas.
- Teori ini tidak mencakup semua ayat yang turun di daerah Madinah, seperti QS. At-Taubah ayat 43 yang turun di Tabuk dan QS az-Zukhruf yang turun di Baitul Maqdis ataupun di Asfar tidak termasuk ke dalam Makkiyah maupun Madaniyah.
- Ayat yang turun di Mekkah setelah hijrah menjadi tidak tertib dan berpengaruh terhadap nasikh dan mansukh.
Oleh karena itu, sebagian buku mendefinisikan Makkiyah sebagai ayat yang diturunkan di Mekah sekalipun turunnya setelah hijrah, sedangkan Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah.
BACA JUGA : CARA MENGETAHUI PASSWORD TETANGGA TANPA APLIKASI
3. Pendekatan Obyek (Mulahadzatul Mukhotobin fin nuzul)
Pendekatan obyek ialah teori yang berorientasi kepada obyek yang ditunjuk oleh ayat. Pendekatan obyek dikenal juga dengan ta’yin syakhsyi. Maka Makkiyah ialah ayat yang ditujukan bagi orang-orang kota Mekah. Sedangkan Madaniyah ialah ayat yang ditujukan bagi orang-orang kota Madinah.
Ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “Yaa Ayyuha Al-Naasu” adalah ayat Makkiyah, sebab kebanyakan penduduk Mekkah terdiri atas kaum kafir. Sedangkan ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “Yaa Ayyuha Al-ladziina Aamanu” ialah ayat Madaniyah, karena penduduk Madinah kebanyakan terdiri atas kaum beriman, walaupun tidak semuanya beriman. Selain “Yaa Ayyuha al-Ladziina Aamanu”, juga terdapat “Yaa Ahlal Kitaabi” yang merupakan ayat Madaniyah. Sebagian ulama juga menyamakan “Ya Bani Adam” dengan :Ya Ayyuhan Naasu”.
Teori ini memiliki beberapa kelemahan, karena tidak semua surah dalam al-Qur’an dimulai dengan lafadz “Ya ayyuha al-Naasu” atau lafadz “Ya Ayyuha al-ladziina Aamanu”, sebagaimana permulaan surah al-Ahzab ayat 1 dan permulaan surah al-Munafiqun ayat 1:
Selain itu juga ditemukan surah Madaniyah menggunakan lafadz “Yaa Ayyuha al-Naasu”, seperti permulaan surah an-Nisa’:
Sehingga, sebagian ulama berpendapat mengenai pengertian yang kedua ini bila yang dimaksud surah Makkiyah ialah kebanyakan surah yang diawali ataupun terdapat lafadz “Yaa Ayyuha an-Naasu”, sedangkan surah Madaniyah ialah kebanyakan surah yang diawali atau terdapat lafadz “Yaa Ayyuha al-Ladziina Amanu”.
4. Pendekatan Kontekstual (Mulahadzatu maa tadammanath assuratu)
Pendekatan kontekstual ialah teori yang berorientasi pada kandungan ayat maupun surah tersebut. Pendekatan kontekstual dikenal juga dengan tahwil maudhu-y. Sehingga surah-surah yang mengandung kisah-kisah lama, konsep tauhid, suri tauladan dan semacamnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam sub bab 2.1, termasuk Makkiyah. Sedangkan surah-surah yang mengandung pembentukan masyarakat, hukum, ekonomi dan semacamnya termasuk Madaniyah.
2.2 Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah makki dan madani. Mereka meneliti Qur’an ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan, sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan pada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan, ilmiah tentang ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian Qur`an lainnya.
BACA JUGA : Cara Mengetahui Password WIFI Tetangga Tanpa Aplikasi
Memang suatu usaha besar bila seorang peneliti meneliti turunnya wahyu dalam segala tahapannya, mempelajari ayat-ayat Qur`an sehingga dapat menentukan wahyu dan tempat turunnya, serta dengan bantuan tema surah atau ayat, merumuskan kaidah-kaidah analogis untuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk makki atau madani, ataukah ia merupakan tema-tema yang menjadi titik tolak dakwah di Mekkah atau di Madinah. Apa bila sesuatu masalah masih belum jelas bagi seorang peneliti karena terlalu banyak alasan yang berbeda-beda, maka ia kumpulkan, perbandingan dan mengklasifikasikannya, mana yang serupa dan mana yang turun di Mekkah dan mana pula yang serupa dengan yang turun di Madinah.
Apa bila ayat-ayat itu turun di suatu tempat, kemusian oleh seorang sahabat dibawa segara setalah diturunkan untuk disampaikan di tempat lain, maka para ulama pun akan menetapkan seperti itu. Mereka berkata : ` apa yang dibawa dari mekkah ke madinah, dan ayat yang dibawa dari madinah ke mekkah.`
Abul Qasim al- Hasan bin Muhammad bin Habib an- Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-Tanbih `ala Fadli `Ulumil Qur`an : ` Diantara ilmu-ilmu Qur`an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Quran dan daerahnya, urutannya turunnya di mekkah dan madinah, tentang yang diturunkan di mekkah tapi hukumnya madani dan sebaliknya, yang diturnkan di mekkah mengenai penduduk madinah dam sebaliknya.
Yang serupa dengan yang diturunkan di mekkah ( makki ) tetapi termasuk madani dan sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di Juhfah, di baitul Maqdis, di Thaif atau di Hudaibiah. Demikian juga yang diturunkan tentang yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang. Diturunkan secara bersama-sama atau yang diturunkan secara tersendiri, ayat-ayat madaniah dan surat-surat makiah, ayat-ayat makkiah dari surat madaniah; yang dibawa dari mekkah dari madinah dan yang dibawa dari madinah ke mekkah, yang dibawa dari mekkah ke Abisini, yang diturunkan dalam bentuk global dan yang telah di jelaskan, serta yang di perselisihkan sehingga sebagian orang mengatakan madani dan sebagian lain mengatakan makki. Itu semua ada dua puluh lima macam. Orang yang tidal mengetahuinya dan tak dapat mebeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Qur`an.`
Para ulama sangat memperhatikan Qur`an dengan cermat. Mereka menerbitkan surah-surah sesuai dengan tempat turunnya, mereka mengatakan misalnya : ` surah ini diturunkan setelah surah itu` dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yang diturunkan dimalam hari dengan yang diturunkan disiang hari, antara yang diturunkan di musim panas dengan yang diturunkan di musim dingin, dan antara yang diturunkan diwaktu sedang berada dirumah dengan yang diturunkan disaat bepergian.
2.3 Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
Adapun mengenai faedah mempelajari ilmu al-makki wal madani ini ialah:
1) Ilmu al-makki wal madani sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks (an-nasukh) dan pembelaan terhadap pelurusan kebenaran sejarah. Sehingga kita mengetahui ayat-ayat mana saja yang nasikh dan ayat-ayat mana saja yang mansukh.
2) Seorang mufassir dan atau lainnya dapat mengetahui strategi dakwah Rasulullah dan mengamalkannya untuk mengembangkan dakwah di masyarakat.
3) Membantu pengembangan wacana tafsir al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena dengan mengetahui pembahasan ini mufassir akan terbawa dengan gaya bahasa yang dipakai dalam ayat Makkiyah yang menjelaskan kekuasaan Allah swt dan ayat Madaniyah yang menjelaskan hukum Islam secara definitif .
4) Sebagai satu petunjuk dalam menafsirkan al-Qur’an, karena mengetahui tempat turunnya al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya dengan penafsiran yang benar, meskipun hanya membantu secara umum tidak pada sebab-musababnya.
5) Umat Islam dapat meningkatkan keyakinan akan kebenaran, kebesaran, kesucian dan kemurnian (originalitas) al-Qur’an.
6) Usaha menggali sedalam mungkin auri tauladan dan akhlakul karimah Rasulullah dari setiap ayat-ayat Qur’an yang diturunkan kepada beliau. Karena mempelajari masa turunnya wahyu kepada Rasulullah merupakan upaya mempelajari perjalanan dakwah beliau dari kota Mekah sampai kota Madinah, hingga akhir hayat beliau.
2.4 Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama membuat dua pedoman dasar dalam membedakan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, yaitu:
BACA JUGA : 7 Pengusaha Ngetop Ini Jatuh Bangun Sebelum Sukses
a. Pedoman sama’i naqli (pemindahan riwayat)
Pedoman sama’i naqli ialah proses penurunan dan penyampaian al-Qur’an itu sendiri kepada kita berjalan apa adanya. Pedoman ini didasarkan atas riwayat shahih dari para sahabat yang hidup dan mempelajarinya pada saat turunnya wahyu itu, atau para tabi’in yang mempelajari al-qur’an dari para sahabat dan mendengarnya dari mereka tentang hal ihwal turunnya wahyu itu.
b. Pedoman qiyas ijtihadi (mengambil contoh untuk dijadikan analogi dasar ijtihad yang dikemukakan)
Pedoman qiyas ijtihadi ialah berdasarkan pada kekhususan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah. Apabila dalam satu surah Makkiyah terdapat spesifikasiayat Madaniyah maka disebut sebagai Madaniyah atau sebaliknya. Contohnya, setiap surah yang terdapat kisah-kisah Nabi dan umat-umat terdahulu adalah Makkiyah, dan surah-surah yang menunjukkan kewajiban atau batasan-batasan adalah Madaniyah.
Pemindahan melalui riwayat dan akal ini adalah dua cara agar dapat membedakan pengetahuan yang benar dan pasti.
2.5 Perbedaan ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah
Dari segi Uslubnya (gaya bahasa), pada umumnya bahasa yang digunakan pada surat Makkiyah sangat kuat dan khitab ( pembicaraan) nya tegas, karena orang yang diajak bicara adalah mayoritas para pembangkang dan sombong- sombong, tidak ada hal yang lebih patut bagi mereka kecuali hal yang demikian. Sedangkan surat Madaniyah, pada umumnya menggunakan gaya bahasa yang halus (lembut), dan khitabnya mudah, karena mayoritas orang yang di ajak bicara adalah orang yang patuh dan tunduk pada perintah Allah.
Dan juga pada umumnya ayat- ayat makiyah itu pendek- pendek dan kuat hujjuahnya sedangkan surat madaniyah pada umumnya panjang- panjang dan dalam meneyampaikan hukum- hukumnya dengan tampa banyak alasan, kerena kondisi dan keadaan umat pada saat itu sudah kuat imannya.
Demikian juga dari segi materi yang atau pengajaran yang disampaikan, pada umumnya ayat- ayat makiyah berisi tentang pemantapan atau penguatan akidah, yang khususnya berkaitan dengan tauhid dan beriman pada hari kebangkitan, kerena mayoritas umat pada saat itu banyak yang mengingkari hal tersebut.
Sedangkan pada ayat- ayat madaniyah, ajaran yang disampaikan berisi tentang masalah ibadah, muamalah, kepemerintahan, sosial dan hal- hal yang berkaitan dengan ibadah lainnya, dikarenakan pada masa di madinah kondisi keimanan sudah lurus dan mantap pada jiwa mereka.
2.6 Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah
2.6.1 Ciri-Ciri Khusus Surah/Ayat Makkiyah
Ada beberapa ciri khusus yang menandakan sebuah surah/ayat dalam al-Qur’an dikelompokkan ke dalam surah/ayat Makkiyah, yaitu sebagai berikut:
1) Setiap surah yang di dalam ayatnya terdapat kata sajada dan atau as-sajdah.
2) Setiap surah yang didalamnya terdapat lafadz kalla yang maksud dari lafadz ini adalah untuk mengingatkan penduduk Mekah karena sikap keras kepala mereka. Lafadz kalla disebut 33 kali dalam 15 surah, semuanya dalam separuh terakhir al-Qur’an.
3) Setiap surah/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata Yaa Ayyuha Al-Naasu, kecuali al-Baqarah ayat 21, al-Baqarah ayat 168, an-Nisa’ ayat 1, an-Nisa’ ayat 133, an-Nisa’ ayat 170, an-Nisa’ ayat 174, dan al-Hujurat ayat 13. Selain itu ada satu ayat yang terdapat kata-kata Yaa Ayyuha Al-Naasu, tetapi status Makkiyah ataupun Madaniyahnya masih diperselisihkan oleh ulama, yaitu ayat 73 surah al-Hajj.
4) Surah/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata Yaa Bani Adam, kecuali dalam surah al-Ma’idah ayat 27.
5) Surah/ayat yang didalamnya ditemukan huruf-huruf hijaiyah (fawatih al-suwar/ al-ahruf al-muqaththa’ah), selain surah al-Baqarah dan Ali Imran yang disebut sebagai al-zahrawayn (dua surah yang cemerlang). Dalam al-Qur’an terdapat 29 surah yang diawali dengan al-ahruf al-muqaththa’ah yaitu al-Baqarah, ali Imran, al-An’am, Yunus,Hud, Yusuf, ar-Ra’d, Ibrahim, al-Hijr, Maryam, Thaha, as-Syu’ara, an-Naml, al-Qashash, al-Ankabut, ar-Rum, Luqman, as-Sajdah, Yasin, Shad, al-Mu’min, Fushilat, as-Syura, az-Zukhruf, ad-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, dan al-Qalam. Namun surah ar-Ra’d masih diperselisihkan.
6) Setiap surah yang didalamnya berisi kisah-kisah nabi serta umat-umat terdahulu sebelum NabiMuhammad saw, kecuali surah al-Baqarah.
7) Setiap surah yang didalamnya terdapat kisah Adam dan Iblis, kecuali surah al-Baqarah.
8) Surah/ ayat yang diawal atau di dalamnya terdapat kata-kata Alhamdulillah (hamdalah) atau kata-kata pujian, kecuali bihamdi robbika yang menjadi penyebab surah al-Baqarah termasuk dalam surah Madaniyah.
9) Arah pembicaraan (khitab)/ obyeknya ialah seluruh umat manusia baik mukmin maupun kafir.
10) Surah-surah mufashshal.
2.6.2 Ciri-ciri Makiyyah dan Aghlabiyah (umum)
BACA JUGA : Kenapa Saya Harus Belajar Pemrograman
Diantara ciri-ciri yang masyhur itu, ialah :
1) Ayat-ayatnya pendek (Qishar), surat-suratnya pendek.
2) Redaksi ayatnya cenderung bernada keras tetapi agak bersajak. Misalnya surah ar-Rahman, al-Qiyamah.
3) Mengandung seruan pokok-pokok iman Kepada Allah SWT, hari akhir dan menggambarkan surga dan neraka.
4) Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempang diatas jalan kebajikan
5) Mendebat orang-orang musyrikan dan menerangankan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
6) Banyak terdapat lafaz sumpah (qasam) dalam berbagai bentuknya.
2.6.3 Ciri-Ciri Khusus Surah/Ayat Madaniyah
Ada beberapa ciri khusus yang menandakan sebuah surah/ayat dalam al-Qur’an dikelompokkan ke dalam surah/ayat Madaniyah, yaitu sebagai berikut :
1) Setiap surah/ayat yang didalamnya terdapat kata Yaa Ayyuha Al-Ladziina amanu. Dalam al-Qur’an terdapat 89 ayat dalam 20 surah, jadi kata-kata ini lebih banyak daripada Yaa ayyuha al-Naasu.
2) Tiap-tiap surah dan ayat dituju kepada orang-orang beriman.
3) Setiap surah/ayat yang didalamnya disebut tentang orang-orang munafik, selain surah al-Ankabut.
4) Surah-surah/Ayat yang berisikan masalah-masalah muamalah dalam konteksnya yang sangat luas.
5) Surah dan ayat yang di dalamnya terdapat perintah jihad dan peperangan, dan lain-lain. Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
6) Surah dan ayat yang berkenaan dengan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan.
7) Surah yang berisi janji-janji kemenangan dan perlindungan Allah terhadap orang-orang mukmin yang berijtihad.
2.6.4 Ciri-ciri Madaniyah dan Aghlabiyah (umum)
1) Suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang (Thiwal) serta jelas menerangkan hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.
2) Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukan kepada hakikat-hakikat keagamaan.
2.7 Mengenal Ayat Yang Pertama Kali Turun Dan Terkahir Kali Turun
2.7.1 Ayat Yang Pertama Kali Turun
Ayat yang mula-mula diturunkan ketika Nabi di dalam gua Hira ialah :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)
Sesudah itu Allah menurunkan ayat:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥ وَلَا تَمۡنُن تَسۡتَكۡثِرُ ٦ وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ ٧ فَإِذَا نُقِرَ فِي ٱلنَّاقُورِ ٨ فَذَٰلِكَ يَوۡمَئِذٖ يَوۡمٌ عَسِيرٌ ٩ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ غَيۡرُ يَسِيرٖ ١٠
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Apabila ditiup sangkakala. maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al-Muddatstsir[74]: 1-10)
Kemudian wahyu berhenti, tidak turun lagi. Menurut pendapat Ibnu Ishaq, tiga tahun lamanya wahyu tidak diturunkan. Dalam pada itu ada yang mengatakan selama dua tahun setengah, ada yang mengatakan selama empat puluh hari, ada yang mengatakan selama lima belas hari dan ada yang mengatakan selama tiga hari. Setelah Nabi merasa kecewa karena tidak turun wahyu yang sangat dirindukannya, kemudian turun-lah surat Adh-Dhuha.
BACA JUGA : 5 Pekerjaan IT Yang Paling Ngetop Di Perusahaan
2.7.2 Ayat Yang Terakhir Diturunkan
Ayat yang terakhir turun menurut pendapat jumhur adalah:
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ فَمَنِ ٱضۡطُرَّ فِي مَخۡمَصَةٍ غَيۡرَ مُتَجَانِفٖ لِّإِثۡمٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣
Artinya : “ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Menurut riwayat Muslim dan Ibnu Bbas bahwa akhir surat yang diturunkan ialah surat An-Nashr. Demikian pendapat yang masyhur dalam kalangan ulama, dan di samping itu ada juga beberapa riwayat lain yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat. Riwayat-riwayat itu telah diterangkan oleh As-Syuthy dalam al-Itqan.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ilmu al-Makki wal-Madani yang secara khusus membahas al-Qur’an dari segi periodesasi turunnya saat Nabi Muhammad saw bertempat tinggal di Mekah dan setelah beliau hijrah ke Madinah, merupakan salah satu cabang ilmu al-Qur.an yang sangat signifikan dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Terutama dalam kedudukannya sebagai sarana untuk mencermati ayat-ayat al-Qur’an dari segi Makkiyah dan Madaniyah-nya. Hal ini sangat berguna bagi mussafir dalam menganalisis hubungan antara ayat yang satu dengan yang lainnya saat hendak menyimpulkan pemecahan suatu masalah dan pengistibatan hukum.
Demikianlah Mengenai Makkiyah & Madaniyah, penjelasannya berdasarkan pendapat ulama, Terimakasihd.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus sumber rujukan utama bagi umat Islam. Memahami kandungan al-Qur’an tentu akan sangat bermanfaat sekali karena di dalam al-Qur’an tidak hanya memuat masalah-masalah keimanan, ibadah, dan sejarah umat terdahulu, tetapi al-Qur’an juga memperhatikan masalah sains, gender, HAM, dan permasalahan lainnya yang berkaitan dengan kemaslahatan umat manusia.
Menurut fakta historis, al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur (tartil), dalam jangka waktu yang cukup panjang yakni lebih kurang 23 tahun. Menurut sebagian ulama, di antaranya Syaikh Muhammad al-Khudhari Bek, turunnya al-Qur’an memakan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Dimulai tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kenabian saw dan berakhir pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijrah (610-632 M).
Nabi Muhammad saw pernah bertempat tinggal di dua kota ternama, yaitu Mekah dan Madinah, maka mudah dipahami jika para ilmu-ilmu al-Qur’an membedakan surah-surah dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi surah/ayat Makkiyah dan surah/ayat Madaniyah. Sehingga para ulama antusias untuk menyelidiki surah-surah Makkiyah dan Madaniyah tersebut dengan memperhatikan beberapa aspek, seperti waktu turunnya, tempat, dan pola kalimat.
Baca Juga
1. Alquran & Fungsinya di dalam kehidupan2. Taubat, Muhasabah, Khouf, Ikhlas
3. Pengertian Hakikat & Hikmah Ibadah
4. Syariat & Ilmu Fiqh
5. Thoharoh (Bersuci) Serta Kegunaanya
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ?
2. Bagaimana Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah Madaniyah ?
3. Apa Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah ?
4. Bagaimana Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
5. Apa Perbedaan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah ?
6. Apa Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah ?
7. Apa Saja Ayat-Ayat Yang Pertama Dan Terakhir Kali Turun ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
2. Menjelaskan Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah Madaniyah
3. Menjelaskan Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
4. Menjelaskan Bagaimana Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah
5. Menjelaskan Apa Perbedaan ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah
6. Menjelaskan Apa Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah
7. Menjelaskan Apa Saja Ayat-Ayat Yang Pertama Dan Terakhir Kali Turun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Pembedaan Makkiyah dan Madaniyah sangat mendapat perhatian dari para ahli ilmu al-Qur’an karena korelasi ayat Makkiyah dan Madaniyah menimbulkan konsekuensi hukum syariah. Sehingga para ahli ilmu al-Qur’an berbeda pendapat dalam menentukan definisi Makkiyah dan Madaniyah. Terdapat empat pendekatan dalam mendefinisikan Makkiyah dan Madaniyah :
1. Pendekatan Historis (Mulahadzatu zamanin nuzul)
Pendekatan historis ialah teori yang berorientasi pada sejarah masa turunnya wahyu. Pendekatan historis disebut juga tartib zamany, karena berpatokan pada masa turunnya. Menurut teori ini, wahyu al-Qur’an dipisahkan dengan hijrah. Maka untuk mempermudah memahami Makkiyah dan Madaniyah dibuat tiga fase dalam teori ini.
Tiga fase Makkiyah:
a. Fase Permulaan (Marhalah Ibtidaiyah), yakni sebelum hijrah Rasul ke kota Madinah. Pada fase ini para ulama sepakat untuk memasukkannya dalam kelompok Makkiyah. Surah-surah tersebut ialah Al-Alaq, Al-Muddatsir, At-Takwier, Al-Ala, Al-Lail, Al-Insyirah, At-Takatsur, Al-Adiyat, An-Nazm.
Masing-masing surat menggambarkan tentang tahap demi tahap dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw berdasarkan wahyu. Misalnya surah al-Alaq sebagai surat yang pertama kali turun, Allah swt mengajak manusia mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa yang menciptakannya dari sesuatu yang melekat. Manusia mendapat kehormatan di sisi Allah dengan ilmu yang diajarkan-Nya. Begitu juga dengan surah-surah lainnya yang juga telah memuat hal-hal penting guna memperkuat misi Nabi Muhammad SAW. Sehingga, pada fase permulaan ini, al-Qur’an mengandung persoalan-persoalan kebenaran wahyu dan agama yang dibawa Nabi, sifat-sifat kemahakuasaan Allah, rahmat dan kasih sayang-Nya, hari kiamat dan pertanggungjawaban amal manusia.
b. Fase Pertengahan (Marhalah Mutawassithah), yakni setelah hijrah Rasul. Para ulama sepakat untuk memasukkannya dalam kelompok Makkiyah, surah-surah tersebut ialah Abasa, At-Tin, Al-Qoriah, Al-Mursalat, Al-Balad, Al-Hijr, Al-Qiyamah.
Surah-surah yang turun pada fase ini pembahasannya lebih mendetail dan membahas hal-hal yang bertalian dengan hakekat manusia, hakekat kehidupan, hakekat tujuan hati, hakekat hari kiamat dan situasi pada hari kiamat semuanya akan dijelaskan secara mendalam seperti dalam surah Abasa.
c. Fase Terakhir (Marhalah Khitamiyah), yakni antara Mekkah dan Madinah. Para ulama sepakat untuk memasukkan surah-surah sseperti Ad-Dukhan, Az-Zukhruf, As-Soffat, As-Sajdah, Ibrahim, Al-Kahfi, dan Adz-Dzariyat dalam surah Makkiyah.
Surah-surah dan ayat-ayat yang turun pada fase terakhir ini jauh lebih panjang dibandingkan dengan surah dan ayat yang turun pada fase permulaan dan pertengahan. Dan kebanyakan seruan wahyunya tertuju pada seluruh umat, karena kebanyakan surah pada fase permulaan dan pertengahan tertuju pada penduduk Mekah.
Maka, ayat-ayat Makkiyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah meskipun turunnya ayat tersebut di luar Mekah. Sedangkan Madaniyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang turun setelah hijrah meskipun turunnya di luar Madinah. Sehingga ayat yang turun di luar Madinah atau turun di Mekkah atau Arafah setelah hijrah disebut Madaniyah, contohnya ayat yang turun pada ‘aamul fath (hari pembukaan kota Mekkah), QS. An-Nisa :58.
Tiga fase Madaniyah:
a. Fase Permulaan (Marhalah Ibtidaiyah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah al-Baqarah, al-Anfal, ali Imran, al-Ahzab, al-Mumtahinah, an-Nisa’ dan al-Hadid.
b. Fase Pertengahan (Marhalah Mutawassithah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah Muhammad, at-Talaq, al-Hasyr, an-Nur, al-Munafiqun, al-Mujadalah, dan al-Hujurat.
c. Fase Terakhir (Marhalah Khitamiyah), surah-surah yang termasuk dalam fase ini ialah al-Tahrim, al-Jumu’ah, al-Ma’idah, at-Taubah, an-Nasr.
Menurut Doktor Dubhy Saleh, apabila kita ingin membandingkan antara ketiga periode tersebut untuk memegang teguh pendapat dan kesan-kesan dari tiap periode Madaniyyah, maka cukup membandingkannya dengan satu surah dari tiap-tiap periode, seperti surah al-Baqarah pada fase permulaan, surah an-Nur pada fase pertengahan, dan surah al-Ma’idah padafase terakhir.
2. Pendekatan Geografis (Mulahadzatu makanin nuzul)
Pendekatan geografis ialah teori yang berorientasi pada tempat turunnya ayat. Pendekatan geografis disebut juga dengan tahdid makany. Maka ayat Makkiyah ialah ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, Hudaibiyah. Sedangkan ayat Madaniyah ialah ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Salwa. Teori ini memiliki beberapa kelemahan seperti:
- Pembagian ayat (sebelum dan sesudah hijrah) tidak mempunyai batasan tempat yang jelas.
- Teori ini tidak mencakup semua ayat yang turun di daerah Madinah, seperti QS. At-Taubah ayat 43 yang turun di Tabuk dan QS az-Zukhruf yang turun di Baitul Maqdis ataupun di Asfar tidak termasuk ke dalam Makkiyah maupun Madaniyah.
- Ayat yang turun di Mekkah setelah hijrah menjadi tidak tertib dan berpengaruh terhadap nasikh dan mansukh.
Oleh karena itu, sebagian buku mendefinisikan Makkiyah sebagai ayat yang diturunkan di Mekah sekalipun turunnya setelah hijrah, sedangkan Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah.
BACA JUGA : CARA MENGETAHUI PASSWORD TETANGGA TANPA APLIKASI
3. Pendekatan Obyek (Mulahadzatul Mukhotobin fin nuzul)
Pendekatan obyek ialah teori yang berorientasi kepada obyek yang ditunjuk oleh ayat. Pendekatan obyek dikenal juga dengan ta’yin syakhsyi. Maka Makkiyah ialah ayat yang ditujukan bagi orang-orang kota Mekah. Sedangkan Madaniyah ialah ayat yang ditujukan bagi orang-orang kota Madinah.
Ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “Yaa Ayyuha Al-Naasu” adalah ayat Makkiyah, sebab kebanyakan penduduk Mekkah terdiri atas kaum kafir. Sedangkan ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “Yaa Ayyuha Al-ladziina Aamanu” ialah ayat Madaniyah, karena penduduk Madinah kebanyakan terdiri atas kaum beriman, walaupun tidak semuanya beriman. Selain “Yaa Ayyuha al-Ladziina Aamanu”, juga terdapat “Yaa Ahlal Kitaabi” yang merupakan ayat Madaniyah. Sebagian ulama juga menyamakan “Ya Bani Adam” dengan :Ya Ayyuhan Naasu”.
Teori ini memiliki beberapa kelemahan, karena tidak semua surah dalam al-Qur’an dimulai dengan lafadz “Ya ayyuha al-Naasu” atau lafadz “Ya Ayyuha al-ladziina Aamanu”, sebagaimana permulaan surah al-Ahzab ayat 1 dan permulaan surah al-Munafiqun ayat 1:
Selain itu juga ditemukan surah Madaniyah menggunakan lafadz “Yaa Ayyuha al-Naasu”, seperti permulaan surah an-Nisa’:
Sehingga, sebagian ulama berpendapat mengenai pengertian yang kedua ini bila yang dimaksud surah Makkiyah ialah kebanyakan surah yang diawali ataupun terdapat lafadz “Yaa Ayyuha an-Naasu”, sedangkan surah Madaniyah ialah kebanyakan surah yang diawali atau terdapat lafadz “Yaa Ayyuha al-Ladziina Amanu”.
4. Pendekatan Kontekstual (Mulahadzatu maa tadammanath assuratu)
Pendekatan kontekstual ialah teori yang berorientasi pada kandungan ayat maupun surah tersebut. Pendekatan kontekstual dikenal juga dengan tahwil maudhu-y. Sehingga surah-surah yang mengandung kisah-kisah lama, konsep tauhid, suri tauladan dan semacamnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam sub bab 2.1, termasuk Makkiyah. Sedangkan surah-surah yang mengandung pembentukan masyarakat, hukum, ekonomi dan semacamnya termasuk Madaniyah.
2.2 Perhatian Ulama Terhadap ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah makki dan madani. Mereka meneliti Qur’an ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan, sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkan antara waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan pada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan, ilmiah tentang ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama kita dalam melakukan pembahasan-pembahasan terhadap aspek kajian Qur`an lainnya.
BACA JUGA : Cara Mengetahui Password WIFI Tetangga Tanpa Aplikasi
Memang suatu usaha besar bila seorang peneliti meneliti turunnya wahyu dalam segala tahapannya, mempelajari ayat-ayat Qur`an sehingga dapat menentukan wahyu dan tempat turunnya, serta dengan bantuan tema surah atau ayat, merumuskan kaidah-kaidah analogis untuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk makki atau madani, ataukah ia merupakan tema-tema yang menjadi titik tolak dakwah di Mekkah atau di Madinah. Apa bila sesuatu masalah masih belum jelas bagi seorang peneliti karena terlalu banyak alasan yang berbeda-beda, maka ia kumpulkan, perbandingan dan mengklasifikasikannya, mana yang serupa dan mana yang turun di Mekkah dan mana pula yang serupa dengan yang turun di Madinah.
Apa bila ayat-ayat itu turun di suatu tempat, kemusian oleh seorang sahabat dibawa segara setalah diturunkan untuk disampaikan di tempat lain, maka para ulama pun akan menetapkan seperti itu. Mereka berkata : ` apa yang dibawa dari mekkah ke madinah, dan ayat yang dibawa dari madinah ke mekkah.`
Abul Qasim al- Hasan bin Muhammad bin Habib an- Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-Tanbih `ala Fadli `Ulumil Qur`an : ` Diantara ilmu-ilmu Qur`an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Quran dan daerahnya, urutannya turunnya di mekkah dan madinah, tentang yang diturunkan di mekkah tapi hukumnya madani dan sebaliknya, yang diturnkan di mekkah mengenai penduduk madinah dam sebaliknya.
Yang serupa dengan yang diturunkan di mekkah ( makki ) tetapi termasuk madani dan sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di Juhfah, di baitul Maqdis, di Thaif atau di Hudaibiah. Demikian juga yang diturunkan tentang yang diturunkan di waktu malam, di waktu siang. Diturunkan secara bersama-sama atau yang diturunkan secara tersendiri, ayat-ayat madaniah dan surat-surat makiah, ayat-ayat makkiah dari surat madaniah; yang dibawa dari mekkah dari madinah dan yang dibawa dari madinah ke mekkah, yang dibawa dari mekkah ke Abisini, yang diturunkan dalam bentuk global dan yang telah di jelaskan, serta yang di perselisihkan sehingga sebagian orang mengatakan madani dan sebagian lain mengatakan makki. Itu semua ada dua puluh lima macam. Orang yang tidal mengetahuinya dan tak dapat mebeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Qur`an.`
Para ulama sangat memperhatikan Qur`an dengan cermat. Mereka menerbitkan surah-surah sesuai dengan tempat turunnya, mereka mengatakan misalnya : ` surah ini diturunkan setelah surah itu` dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yang diturunkan dimalam hari dengan yang diturunkan disiang hari, antara yang diturunkan di musim panas dengan yang diturunkan di musim dingin, dan antara yang diturunkan diwaktu sedang berada dirumah dengan yang diturunkan disaat bepergian.
2.3 Faedah Mempelajari Makkiyah dan Madaniyah
Adapun mengenai faedah mempelajari ilmu al-makki wal madani ini ialah:
1) Ilmu al-makki wal madani sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks (an-nasukh) dan pembelaan terhadap pelurusan kebenaran sejarah. Sehingga kita mengetahui ayat-ayat mana saja yang nasikh dan ayat-ayat mana saja yang mansukh.
2) Seorang mufassir dan atau lainnya dapat mengetahui strategi dakwah Rasulullah dan mengamalkannya untuk mengembangkan dakwah di masyarakat.
3) Membantu pengembangan wacana tafsir al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena dengan mengetahui pembahasan ini mufassir akan terbawa dengan gaya bahasa yang dipakai dalam ayat Makkiyah yang menjelaskan kekuasaan Allah swt dan ayat Madaniyah yang menjelaskan hukum Islam secara definitif .
4) Sebagai satu petunjuk dalam menafsirkan al-Qur’an, karena mengetahui tempat turunnya al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya dengan penafsiran yang benar, meskipun hanya membantu secara umum tidak pada sebab-musababnya.
5) Umat Islam dapat meningkatkan keyakinan akan kebenaran, kebesaran, kesucian dan kemurnian (originalitas) al-Qur’an.
6) Usaha menggali sedalam mungkin auri tauladan dan akhlakul karimah Rasulullah dari setiap ayat-ayat Qur’an yang diturunkan kepada beliau. Karena mempelajari masa turunnya wahyu kepada Rasulullah merupakan upaya mempelajari perjalanan dakwah beliau dari kota Mekah sampai kota Madinah, hingga akhir hayat beliau.
2.4 Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ulama membuat dua pedoman dasar dalam membedakan ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah, yaitu:
BACA JUGA : 7 Pengusaha Ngetop Ini Jatuh Bangun Sebelum Sukses
a. Pedoman sama’i naqli (pemindahan riwayat)
Pedoman sama’i naqli ialah proses penurunan dan penyampaian al-Qur’an itu sendiri kepada kita berjalan apa adanya. Pedoman ini didasarkan atas riwayat shahih dari para sahabat yang hidup dan mempelajarinya pada saat turunnya wahyu itu, atau para tabi’in yang mempelajari al-qur’an dari para sahabat dan mendengarnya dari mereka tentang hal ihwal turunnya wahyu itu.
b. Pedoman qiyas ijtihadi (mengambil contoh untuk dijadikan analogi dasar ijtihad yang dikemukakan)
Pedoman qiyas ijtihadi ialah berdasarkan pada kekhususan ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah. Apabila dalam satu surah Makkiyah terdapat spesifikasiayat Madaniyah maka disebut sebagai Madaniyah atau sebaliknya. Contohnya, setiap surah yang terdapat kisah-kisah Nabi dan umat-umat terdahulu adalah Makkiyah, dan surah-surah yang menunjukkan kewajiban atau batasan-batasan adalah Madaniyah.
Pemindahan melalui riwayat dan akal ini adalah dua cara agar dapat membedakan pengetahuan yang benar dan pasti.
2.5 Perbedaan ayat- ayat Makkiyah dan Madaniyah
Dari segi Uslubnya (gaya bahasa), pada umumnya bahasa yang digunakan pada surat Makkiyah sangat kuat dan khitab ( pembicaraan) nya tegas, karena orang yang diajak bicara adalah mayoritas para pembangkang dan sombong- sombong, tidak ada hal yang lebih patut bagi mereka kecuali hal yang demikian. Sedangkan surat Madaniyah, pada umumnya menggunakan gaya bahasa yang halus (lembut), dan khitabnya mudah, karena mayoritas orang yang di ajak bicara adalah orang yang patuh dan tunduk pada perintah Allah.
Dan juga pada umumnya ayat- ayat makiyah itu pendek- pendek dan kuat hujjuahnya sedangkan surat madaniyah pada umumnya panjang- panjang dan dalam meneyampaikan hukum- hukumnya dengan tampa banyak alasan, kerena kondisi dan keadaan umat pada saat itu sudah kuat imannya.
Demikian juga dari segi materi yang atau pengajaran yang disampaikan, pada umumnya ayat- ayat makiyah berisi tentang pemantapan atau penguatan akidah, yang khususnya berkaitan dengan tauhid dan beriman pada hari kebangkitan, kerena mayoritas umat pada saat itu banyak yang mengingkari hal tersebut.
Sedangkan pada ayat- ayat madaniyah, ajaran yang disampaikan berisi tentang masalah ibadah, muamalah, kepemerintahan, sosial dan hal- hal yang berkaitan dengan ibadah lainnya, dikarenakan pada masa di madinah kondisi keimanan sudah lurus dan mantap pada jiwa mereka.
2.6 Ciri-Ciri Makkiyah dan Madaniyah
2.6.1 Ciri-Ciri Khusus Surah/Ayat Makkiyah
Ada beberapa ciri khusus yang menandakan sebuah surah/ayat dalam al-Qur’an dikelompokkan ke dalam surah/ayat Makkiyah, yaitu sebagai berikut:
1) Setiap surah yang di dalam ayatnya terdapat kata sajada dan atau as-sajdah.
2) Setiap surah yang didalamnya terdapat lafadz kalla yang maksud dari lafadz ini adalah untuk mengingatkan penduduk Mekah karena sikap keras kepala mereka. Lafadz kalla disebut 33 kali dalam 15 surah, semuanya dalam separuh terakhir al-Qur’an.
3) Setiap surah/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata Yaa Ayyuha Al-Naasu, kecuali al-Baqarah ayat 21, al-Baqarah ayat 168, an-Nisa’ ayat 1, an-Nisa’ ayat 133, an-Nisa’ ayat 170, an-Nisa’ ayat 174, dan al-Hujurat ayat 13. Selain itu ada satu ayat yang terdapat kata-kata Yaa Ayyuha Al-Naasu, tetapi status Makkiyah ataupun Madaniyahnya masih diperselisihkan oleh ulama, yaitu ayat 73 surah al-Hajj.
4) Surah/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata Yaa Bani Adam, kecuali dalam surah al-Ma’idah ayat 27.
5) Surah/ayat yang didalamnya ditemukan huruf-huruf hijaiyah (fawatih al-suwar/ al-ahruf al-muqaththa’ah), selain surah al-Baqarah dan Ali Imran yang disebut sebagai al-zahrawayn (dua surah yang cemerlang). Dalam al-Qur’an terdapat 29 surah yang diawali dengan al-ahruf al-muqaththa’ah yaitu al-Baqarah, ali Imran, al-An’am, Yunus,Hud, Yusuf, ar-Ra’d, Ibrahim, al-Hijr, Maryam, Thaha, as-Syu’ara, an-Naml, al-Qashash, al-Ankabut, ar-Rum, Luqman, as-Sajdah, Yasin, Shad, al-Mu’min, Fushilat, as-Syura, az-Zukhruf, ad-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf, dan al-Qalam. Namun surah ar-Ra’d masih diperselisihkan.
6) Setiap surah yang didalamnya berisi kisah-kisah nabi serta umat-umat terdahulu sebelum NabiMuhammad saw, kecuali surah al-Baqarah.
7) Setiap surah yang didalamnya terdapat kisah Adam dan Iblis, kecuali surah al-Baqarah.
8) Surah/ ayat yang diawal atau di dalamnya terdapat kata-kata Alhamdulillah (hamdalah) atau kata-kata pujian, kecuali bihamdi robbika yang menjadi penyebab surah al-Baqarah termasuk dalam surah Madaniyah.
9) Arah pembicaraan (khitab)/ obyeknya ialah seluruh umat manusia baik mukmin maupun kafir.
10) Surah-surah mufashshal.
2.6.2 Ciri-ciri Makiyyah dan Aghlabiyah (umum)
BACA JUGA : Kenapa Saya Harus Belajar Pemrograman
Diantara ciri-ciri yang masyhur itu, ialah :
1) Ayat-ayatnya pendek (Qishar), surat-suratnya pendek.
2) Redaksi ayatnya cenderung bernada keras tetapi agak bersajak. Misalnya surah ar-Rahman, al-Qiyamah.
3) Mengandung seruan pokok-pokok iman Kepada Allah SWT, hari akhir dan menggambarkan surga dan neraka.
4) Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempang diatas jalan kebajikan
5) Mendebat orang-orang musyrikan dan menerangankan kesalahan-kesalahan pendirian mereka.
6) Banyak terdapat lafaz sumpah (qasam) dalam berbagai bentuknya.
2.6.3 Ciri-Ciri Khusus Surah/Ayat Madaniyah
Ada beberapa ciri khusus yang menandakan sebuah surah/ayat dalam al-Qur’an dikelompokkan ke dalam surah/ayat Madaniyah, yaitu sebagai berikut :
1) Setiap surah/ayat yang didalamnya terdapat kata Yaa Ayyuha Al-Ladziina amanu. Dalam al-Qur’an terdapat 89 ayat dalam 20 surah, jadi kata-kata ini lebih banyak daripada Yaa ayyuha al-Naasu.
2) Tiap-tiap surah dan ayat dituju kepada orang-orang beriman.
3) Setiap surah/ayat yang didalamnya disebut tentang orang-orang munafik, selain surah al-Ankabut.
4) Surah-surah/Ayat yang berisikan masalah-masalah muamalah dalam konteksnya yang sangat luas.
5) Surah dan ayat yang di dalamnya terdapat perintah jihad dan peperangan, dan lain-lain. Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
6) Surah dan ayat yang berkenaan dengan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan.
7) Surah yang berisi janji-janji kemenangan dan perlindungan Allah terhadap orang-orang mukmin yang berijtihad.
2.6.4 Ciri-ciri Madaniyah dan Aghlabiyah (umum)
1) Suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang-panjang (Thiwal) serta jelas menerangkan hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.
2) Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukan kepada hakikat-hakikat keagamaan.
2.7 Mengenal Ayat Yang Pertama Kali Turun Dan Terkahir Kali Turun
2.7.1 Ayat Yang Pertama Kali Turun
Ayat yang mula-mula diturunkan ketika Nabi di dalam gua Hira ialah :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5)
Sesudah itu Allah menurunkan ayat:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥ وَلَا تَمۡنُن تَسۡتَكۡثِرُ ٦ وَلِرَبِّكَ فَٱصۡبِرۡ ٧ فَإِذَا نُقِرَ فِي ٱلنَّاقُورِ ٨ فَذَٰلِكَ يَوۡمَئِذٖ يَوۡمٌ عَسِيرٌ ٩ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ غَيۡرُ يَسِيرٖ ١٠
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. Apabila ditiup sangkakala. maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.” (QS. Al-Muddatstsir[74]: 1-10)
Kemudian wahyu berhenti, tidak turun lagi. Menurut pendapat Ibnu Ishaq, tiga tahun lamanya wahyu tidak diturunkan. Dalam pada itu ada yang mengatakan selama dua tahun setengah, ada yang mengatakan selama empat puluh hari, ada yang mengatakan selama lima belas hari dan ada yang mengatakan selama tiga hari. Setelah Nabi merasa kecewa karena tidak turun wahyu yang sangat dirindukannya, kemudian turun-lah surat Adh-Dhuha.
BACA JUGA : 5 Pekerjaan IT Yang Paling Ngetop Di Perusahaan
2.7.2 Ayat Yang Terakhir Diturunkan
Ayat yang terakhir turun menurut pendapat jumhur adalah:
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ فَمَنِ ٱضۡطُرَّ فِي مَخۡمَصَةٍ غَيۡرَ مُتَجَانِفٖ لِّإِثۡمٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣
Artinya : “ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Menurut riwayat Muslim dan Ibnu Bbas bahwa akhir surat yang diturunkan ialah surat An-Nashr. Demikian pendapat yang masyhur dalam kalangan ulama, dan di samping itu ada juga beberapa riwayat lain yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat. Riwayat-riwayat itu telah diterangkan oleh As-Syuthy dalam al-Itqan.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ilmu al-Makki wal-Madani yang secara khusus membahas al-Qur’an dari segi periodesasi turunnya saat Nabi Muhammad saw bertempat tinggal di Mekah dan setelah beliau hijrah ke Madinah, merupakan salah satu cabang ilmu al-Qur.an yang sangat signifikan dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Terutama dalam kedudukannya sebagai sarana untuk mencermati ayat-ayat al-Qur’an dari segi Makkiyah dan Madaniyah-nya. Hal ini sangat berguna bagi mussafir dalam menganalisis hubungan antara ayat yang satu dengan yang lainnya saat hendak menyimpulkan pemecahan suatu masalah dan pengistibatan hukum.
Demikianlah Mengenai Makkiyah & Madaniyah, penjelasannya berdasarkan pendapat ulama, Terimakasihd.