Sabtu, 24 Desember 2016

PENGERTIAN, HAKIKAT, DAN HIKMAH IBADAH




A.    Pengertian Ibadah

Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :

1.Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para
Rasul-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu   tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik danhati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah  berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah )
  
Adapun definisi ibadah dalam bahasa Arab berarti kehinaan atau ketundukan.Dalam terminology syariat, ibadah diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan Allah sebagai syariat, bukan karena adanya keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan logika, atau akal manusia.Maka, ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan syariat yang Allah tentukan.

B. Hakikat Ibadah

Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-Nya.Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin atau pun yang lahir (nyata).
Adapun hakekat ibadah yaitu:

1.      Ibadah adalah tujuan hidup kita.

2.      Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah

3.      Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya

4.      Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapuntanda-tandanya: mengikuti sunah Rasulullah saw.

5.      Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai Allah).

6.      Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud. Semoga Allah memberikan taufik dan pertolongan-Nya kepaRabb penguasa jagad raya, bukan menjadi budak hawa nafsu dan ambisi-ambisi dunia.

B.    Hikmah Ibadah

1.      Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.

2.      Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.

3.      Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.

4.      Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.

5.      Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.


 D. Fungsi Ibadah

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

1.    Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui “muqorobah” [7] dan “khudlu” [8]. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

2.    Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya:

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [9]

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [10]

Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat

zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

3.    Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan

perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.  [11]



B. MACAM – MACAM IBADAH

Dari ulasan dan penjelasan dari Ibnu Taimiyah, singkat kata penulis bisa membagi ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: Ibadah hati, Ibadah lisan dan Ibadah anggota badan.

a. Ibadah Hati

Ibadah hati meliputi perkataan dan perbuatan hati. Perkataan hati adalah pembenaran dan keyakinan, seperti firman Allah:

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka.Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik”. Azzumar: 33-34 .

Dan dalam hadits juga disebutkan pula, ibadah hati, yakni :

صلاة الرجل نور في قلبه فمن شاء منكم فلينور قلبه.

Rasulullah saw bersabda:“Shalat seseorang adalah cahaya di hatinya dan barangsiapa di antara kalian yang berkeinginan maka hendaknya ia menyinari hatinya dengan cahaya.” [Kanzul ‘Ummal, jilid 7, hadis 18973]
Sedangkan perbuatan hati berupa niat, ikhlash, cinta, ketundukan, tawakal dan yang sejenisnya. Allah berfirman:
Artinya :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal.

Al Anfaal: 2 .
Dari beberapa hadits dan firman Allah diatas sudah sangatlah jelas kolerasi ibadah yang menjadi subyek adalah hati kita.

b. Ibadah lisan

Ibadah lisan meliputi perkataan dan perbuatan lisan. Perkataan lisan berupa mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan amalan lisan adalah amalan yang tidak dilakukan kecuali dengan lisan, seperti membaca Al Qur’an dan dzikir serta wirid. Allah ta’ala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Faathir :29 .

c. Ibadah anggota tubuh

Ibadah anggota tubuh disini adalah amalan anggota tubuh selain lisan berupa amalan yang tidak dilakukan kecuali dengannya, seperti sujud, ruku’ dan lain-lainnya.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Daruqutni, yang artinya berbunyi:

“Dari Ali Bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Orang sakit hendaklah shalat dengan berdiri jika mampu, apabila tidak mampu, maka shalatlah dengan duduk, jika tidak mampu sujud, maka isyaratkan dengan kepalannya tetapi sujudnya lebih rendah dari ruku’nya. Apabila tidak mampu shalat dengan duduk, maka shalat dengan berbaring (miring) mengahadao qiblat, jika tidak mampu dengan berbaring, maka shalatlah dengan menelentang, kedua kakinya kearah kibblat.”

Berdasarkan hadits diatas, maka dapat dikemukakan bahwa shalat latar belakangnya adalah salah satu ibadah itu dilakukan dengan anggota badan. Dan dari hadits diatas bisa dikemukakan bahwa cara bahwa cara mengerjakan shalat adalah berdiri jika mampu, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tetap / masih tidak mampu maka dengan berbaring dengan menghadap ke kiblat .


Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa ibadah dibagi menjadi dua macam yakni:

1) Ibadah Maghdhah (Ibadah Khusus)
Yaitu ibadah yang ditentukan cara dan syaratnya secara detil dan biasanya bersifat ritus. Misalnya : Shalat, Zakat, Puasa, Haji, Qurban, Aqiqah. Ibadah jenis ini tidak banyak jumlahnya.

2) Ibadah Ghoiru Maghdhah

Yaitu ibadah dalam arti umum, segala perbuatan baik manusia. Ibadah ini tidak ditentukan cara dan syarat secara detil, diserahkan kepada manusia sendiri. Islam hanya memberi perintah/anjuran, dan prisnip-prinsip umum saja. Ibadah dalam arti umum misalnya : Menyantuni fakir-miskin, Mencari nafkah, Bertetangga, Bernegara, Tolong-menolong, dll.

    Sesuatu akan bernilai ibadah, jika memenuhi persyaratan :

1) Iman kepada Allah dan Hari akhir. Karenanya amal orang kafir seperti fatamorgana.

2) Didasari niat ikhlas (murni) karena Allah, sebagaimana hadis:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. dan bagi segala sesuatu tergantung dari apa yang ia niatkan”

3) Dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah.
Untuk ibadah maghdhah : harus sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadis, Kreativitas justru dilarang. Sehingga berlaku prinsip ” Segala ssesuatu dilarang, kecuali yang diperintahkan”. Kita dilarang membuat ritus-ritus baru yang tidak ada dasarnya.
Untuk mu’amalah: harus sesuai dengan jiwa dan prinsip prinsip ajaran Islam. Pelaksanaannya justru memerlukan kreativitas manusia. Sehingga berlaku prinsip

” Segala-sesuatu boleh, kecuali yang dilarang”
Ibadah pada dasarnya merupakan pembinaan diri menuju taqwa. Setiap upaya ibadah memiliki pengaruh positif terhadap keimanan, lawanya adalah maksyiat yang berpengaruh negatif terhadap keimanan.
“Iman bertambah dan berkurang. Bertambahnya iman dengan ibadah, berkurang karena ma’syiat (Hadits)” .

C. TUJUAN IBADAH

Kita mengetahui bahwa tugas pokok manusia didunia ini adalah beribadah (menyembah) Alla yang Maha Esa.

Kita juga tahu, bahwa pengertian ibadah itu ialah benar-benar tunduk yang disertai dengan penuh rasa cinta kepada Allah. Ibadah dalam islam itu meliputi seluruh persoalan keagamaan dan seluruh aspek hidup.
Tinggal satu yang sering dipertanyakan oleh sebagian orang, yaitu: mengapa kita harus menyembah Allah?

atau dengan kata lain: mengapa Allah mewajibkan kita untuk menyembah-Nya dan taat kepada-Nya padahal Dia tidak butuh itu semua. Apakah tujuan sebenarnya kita diharuskan untuk menyembah itu?

Apakah ibadah kita itu demi kepentingan Dia? Termasuj khusyu’ kita, berdiri kita di pintu-Nya, kepatuhan kita terhadap perintah-perintahNya dan jauh kita dari larangan-laranganNya?

dari ibadah kita itu kembali kepada kita sendiri sebagai makhluk ini? Apakah hakikat manfaat itu jika ada, ataukah tujuannya itu semata-mata perintah dan taat begitu saja?
Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

- Ibadah seorang hamba itu tidak untuk kepentingan Allah.

- Betapapun hamba itu berpaling, maka tetap tidaj akan mengurangi wibawa Allah.

- Pujian orang itu tidak menambah kekuasaan Allah.

- Ingkarnya manusia itu tidak mengurangi kekuasaan Allah.

- Allah Maha kaya, kita maha memerlukan.

- Allah Dzat yang penuh kasih sayang dan pemurah.

- Dia baik dan penyayang, yang tidak akan menyuruh kita berbuat sesuatu melainkan didalamnya ada kebaikan dan kemasyalahatan kita sebagai makhluk ini, lebih – lebih hak Dia sebagai kewajiban apa saja yang Ia kehendaki.

- Ia memaksakan kita apa yang Dia mau, dengan hokum dan nikmat kepada kita.

- Dia menentukan peribadatan kiat yang mendasar itu adalah untuk Allah Swt.

- Tetapi Dia tidak akan memaksakan sesuatu kepada kita melainkan benar-benar bermanfaat buat kita dan maslahat buat kita yang memang kita sedang membutuhkanya dalam setiap pernafasan kita ini. Namun Dia sendiri sama sekali tidak membutuhkan kita, sebab bagaimana mungkin sebagai Pencipta (Al-Khaliq) membutuhkan kita yang notabennya adalah ciptaan-Nya (makhluk).
















Disqus Comments