Selasa, 17 Januari 2017

Sejarah Islam Masuk Ke Malaysia

Sejarah Islam Masuk Ke Malaysia

 

Assalamualaikum, apa kabar agan-agan sekalian, kali ini saya ingin melampirkan hasil makalah tentang sejarah bagaimana proses masuknya islam di malaysia. ya sekalian bagaimana respons pemerintahan terhadap islam, dan bagaimana respons masyarakatnya. untuk lebih jelasnya dilampirkan di dalam makalah ini ya.

 



BAB I


PENDAHULUAN


A.    SEJARAH PERADABAN ISLAM DI MALAYSIA


a)      Lintas Sejarah Malaysia

    Malaysia sebagai negara persekutuan tidak pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni didirikan oleh Britania Raya pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan itu dikenal sebagai Malaya Britania hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malayapada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.Singapura, Sarawak, Borneo Utara, dan Federasi Malaya bergabung membentuk Malaysia pada 16 September 1963. Tahun-tahun permulaan persekutuan baru diganggu oleh konflik militer dengan Indonesia dan keluarnya Singapura pada 9 Agustus 1965.

Bangsa-bangsa di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan yang cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang cepat pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga 1997, telah mengubah Malaysia menjadi negara industri baru. Karena Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu ketika, Malaysia pernah menjadi penghasiltimah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia. Industri manufaktur memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia  Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan geografik yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat  prestasi dunia yang telah dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata uang ringgit cukup tangguh.

Terletak di semanjung Malaka Asia Tenggara Malaysia yang ibu kotanya Kualalumpur mempunyai luas wilayah 332.370 Km2 atau 2,5 kali pulau Jawa. Sebagian besar wilayahnya mempunyai luas  wilayah berada 1.036 Km menyeberangi laut China selatan tepatnya di utara pulau Kalimantan dan lainnya ada di pulau Penang. Pada tahun 2002 jumlah penduduk Malaysia berkisar 22.229.040,  bahasa resminya bahasa Melayu. Sedangkan agama mayoritas Islam (53 %), Budha (17 %), KongFu Chu, Tao, Chinese (11 %), Kristen (8,6 %) dan Hindu (7 %).[2] Namun data yang terakhir penulis temukan bahwa sejalan dengan waktu perkembangan jumlah penduduk dan penganut agama semakin meningkat dengan  rata-rata 2,0 %.

Geografi daerah : 329.748 kiometer persegi (127.315 mil persegi) agak lebih besar dari Meksiko, Ibukota Kuala Lumpur, kota-kota lainnya, Penang, Ipoh, Malaka, Johor Baru, Shah Alam, Klangtan, Kucing, Kota inabalu, Kota Baru, Kuala Trengganu, Petaling Jaya. Malaysia dengan penduduk tahun 2008 populasinya 27,5 juta jiwa, laju pertumbuhan 2,0 % kelompok etnis terdiri atas : melayu 53 %, cina 26 %, asi 11,8 %, indian 7,7 % lainya 1,2 %. Bahasa terdiri bahasa melayu resmi, cina dialek macam, inggris, tamil, asli.

Malaysia terdiri dari dua bagian, Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia Barat merupakan sebuah semananjung yang tepanjang di dunia, di bagian tengahnya membujur pegunungan dari utara ke selatan. Pegunungan tersebut tediri dari beberapa rangkaian sejajar. Daratan rendah utama adalah daratan rendah Kedah di utara, daratan rendah Selangor di Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah  Kelantang dan Pahang di Pantai Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.

Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Malaysia terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalahYang di Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminister.

Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa - Malaysia dan India - Malaysia yang cukup besar. Bahasa Melayu dan Islam masing - masing menjadi bahasa dan agama resmi negara.

Penduduknya sebagian besar  atau 61 % terdiri dari suku Melayu pribumi, pendatang terdiri dari orang muslim dan non Muslim yaitu orang muslim dari Indonesia (Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari India, Cina, Pakistan, Persia dan Turki, Sedangkan orang non muslim adalah Cina dan India. Mayoritas penduduknya adalah muslim Suni pengikut Mazhab Syafií, Islam agama resmi.

b)     Proses Masuknya Islam Ke Malaysia

Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.

Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heranlah jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks.

Agama dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ini. Menurut Prof. DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) bahwa ada tiga isu masuknya Islam di Malaysia yaitu Perbincangan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu akan melibatkan perbincangan yang membabitkan tiga isu. Isu-isu tersebut ialah bila tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada orang Melayu, dari manakah asal-usul pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan bagaimanakah proses ini boleh berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam menghuraikan ketiga-tiga isu ini kelebihan yang terdapat dalam hujah yang diberikan oleh beliau telah mempelopori pendekatan yang memberikan perspektif tempatan tentang proses yang membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu.

Isu pertama yang menimbulkan perbincangan tentang penyebaran Islam di Alam Melayu adalah berkaitan dengan bilakah tarikh tepat agama Islam mula disebarkan di rantau ini.

Dalam tulisannya, Hamka cenderung berpendapat bahawa agama Islam telah diperkenalkan di rantau ini pada awal abad Hijrah (abad ketujuh Masihi). Pendapat yang beliau kemukakan ini adalah berdasarkan kajian yang lakukan dengan merujuk sumber Cina. Pendapat yang dikemukakan juga adalah dengan  bersandar kepada tulisan oleh seorang sarjana Barat, iaitu T.W. Arnold  yang mengaitkan penyebaran agama Islam dengan peranan yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Arab.

Dalam kajiannya, T.W. Arnold mendapati bahawa pedagang-pedagang Arab telahpun menjalin hubungan perdagangan dengan rantau sebelah timur sejak sebelum abad Masihi lagi. Pada abad kedua Sebelum Masihi hampir  keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab. Menjelang abad kesembilan Masihi kegiatan perdagangan orang Arab dengan Ceylon semakin meningkat apabila meningkatnya hubungan perdagangan antara orang Arab dengan China.

Menurut rekod sejarah, menjelang pertengahan abad kelapan Masihi pedagang-pedagang Arab dapat ditemui dengan ramainya di Canton. Dari  abad ke-10 hingga abad ke-15, sebelum kedatangan Portugis, orang  Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir tidak tercabar dalam menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.

Berdasarkan pandangan yang diberikan oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat bahawa sudah semestinya apabila orang Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha menyebarkan agama tersebut di kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan perdagangan.


Namun begitu, hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena ketiadaan maklumat bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan. Lantaran itu, dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan yang umumnya disepakati, termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai (abad ke-13-14) adalah merupakan  kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang diwujudkan di rantau ini.

Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India, Persia, dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat kerana mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.

Isu kedua para penyebar Islam tersebut menurut T. W. Arnold.[8] tidak datang sebagai penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.

Mereka juga tidak menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan rakyat, sebaliknya mereka hanya sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan peradaban mereka yang lebih tinggi untuk kepentingan penyebaran Islam dengan memperkenalkan toleransi dan persamaan antara manusia.

Bagi penganut Hindu, yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam masyarakat, agama Islam yang baru mereka kenali adalah umat menarik perhatian, khususnya di kalangan pedagang yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan.[9] itulah sebabnya penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait erat dengan keluhuran agama tersebut.

Isu ketiga suatu proses perubahan kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-titik kesamaan yang saling menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan kebudayaan Malaysia. Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala kebudayaan dan tradisi yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan menemukan tempat untuk memasuki pulau-pulau di kawasan ini. Islam sebenarnya telah masuk di pelbagai wilayah Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman besar-besaran dimulai.

 Para pedagang asing telah lama menetap di bandar-bandar dan kerajaan-kerajaan Islam pertama yang terdapat di Sumatera bahagian Utara dan Pantai Barat Semenanjung sejak lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih awal daripada itu. Akan tetapi, menurut Harry J.Benda.[10] Baru pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan agama utama di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin disebabkan semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang berperanan sebagai pendorong gerak maju agama ini.

Ajaran mistik Islam ini ternyata menemukan banyak titik kesamaan dengan ajaran Hindu dan banyak disebarkan oleh orang daripada India yang beragama Islam. Melalui pelbagai hubungan titik persamaan ini, Islam ternyata mempunyai banyak kesesuaian dengan budaya masyarakat tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi aspek yang lebih dominan dalam proses Islamisasi di wilayah ini.

Menurut ahli sejarah Malaysia, Islam masuk ke semenanjung ini sebelum abad ke-12 berbeda pendapat penulis barat yang mengatakan sekitar abad ke-13 atau 14. Penulis Malaysia didasarkan pada mata uang dinar emas yang ditemukan di Klantang tahun 1914, bagian pertama mata uang itu bertuliskan al-julus kelatan dan angka arab 577 H, yang bersamaan dengan tahu 1161 M, bagian kedua bertuliskan äl-Mutawakkil, gelar pemerintahan Kelantang.

 Dan jika kita lihat batu nisan tua tertulis arab ditemukan ke Kedah tahun 1963 pada makam Syekh Abdul Kadir bin Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H), abad ke-9 merupakan awal perkembangan Islam di kawasan selat Malaka dan kawasan-kawasan yang menghadap ke laut Cina Selatan, sebagaimana diakui Dinasti Sung (960-1279), bahwa masyarakat Islam telah tumbuh di sepanjang pantai laut Cina Selatan.

Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan Muhammad Syah bertahta di Malaka, datang sebuah kapal dagang dari Jeddah yang dipimping kapten kapal yang bernama Sidi Abdul Aziz, yang juga seorang ulama Islasm, Sidi Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat itu yang telah di Islamkan untuk menukar namanya menjadi Sultan Muhammad Syah.[13]

Dalam sejarah negeri Kedah disebutkan bahwa Islam masuk ke Kedah pada tahun 1501 M, pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab di Kedah yang bernama Syekh Abdullah Yamani yang kemudian mengislamkan raja dan pembesar serta anak negeri Kedah. Raja Pramawangsa akhirnya dianjurkan oleh Syekh Abdullah menukar namanya etelah masuk Islam menjadi sultan Muzafar Syah. Syekh Abdullah mendapat kiriman Al- Qurán dari sahabatnya pendakwah di Aceh yaitu Sykh Nuruddin Makki.

Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas peranan para pedagang muslim dan mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’ setempat dan penguasa Islam. Sejak awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur perdagangan utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah Maluku, semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.

Bahwa proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jasirah Arab, yang pada tahun 1980-an Islam di Malysia mengalami perkembanga dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegitan dakwah dan kajian Islam oleh kaum intelektual dan setiap tahun menyelenggarakan kegiatan Internasional yaitu Musabaqh Tilawatil Al-Qurán yang selalu diikuti oleh Qari dan Qariah Indonesia.

Negara Malaysia yang menganut agama resmi Islam menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaiaan bagi masyarakat, walaupun pemegang jabatan adalah pemimpn-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi negara kebangsaan Malysia.




BAB II

LANDASAN TEORI

A.    RESPON PEMERINTAH MALAYSIA TERHADAP ISLAM


Dalam konstitusi Malaysia, Islam diakui sebagai agama resmi negara. Pasal 3 ayat 1 menegaskan: “islam is relagion of the federation, but other relagions may be practised in peace and harmony in any part of the federation” islam adalah agama federasi umum pada saat yang sama, konstitusi (UU) memberikan kebebasan beragama pada komunitas non muslim. Mereka berhak menjalankan agama mereka, memiliki kekayaan dan menddirikan sekolah-sekolah agama, mengurusi perkara-perkara mereka sendir, namun mereka tidak diperbolehkan berdakwah dan menyebarkan keyakinan mereka dikalangan kaum muslim, aturan ini dimaksudkan untuk membatasi pertumbuhan dan pengaruh mereka diwilayah-wilayah lain. Meskipun orang-orang muslim dilindungi oleh konstitusi dan hukum, hak dan kewajiban mereka dan kaum melayu Muslim tidaklah sama.
        
  Posisi islam sebagai agama resmi negara sebagaimana ditegaskan dalam konstitusi ini dalam sejarahnya menimbulkan berbagai reaksi, perdebatan dan kesalahpahaman. Memposisikan islam sebagai agama resmi negara bisa dimaknai sebagai suatu pengumuman kepada dunia luar bahwa Malaysia dikenal sebagai negara Islam. Dalam pernyataan konstitusi bahwa islam sebagai agama resmi negara tidak bermakna sampai sejauh itu. Karena ketentuan itu tidak berarti Malaysia menjadikan Islam sebagai Ideologi Negara, juga tidak bermaksud malaysia melaksanakan sistem islam atau penerapan Undang-undang maupun hukum islam, melaikan tetap melaksanakan sistem sekuler seperti yang berlaku di Indonesia dan Mesir.

Hal ini ditegaskan dalam Momerandum UMNO kepada komisi reid, sebuah komisi yang dipercaya menyusun konstitusi untuk malaysia merdeka. Dalam draf momerandum itu terdapat pernyataan:

“Agama bagi malaysia hendaklah Islam. Pengakuan dasar ini tidak akan mengenakan halangan apapun bagi organisasi-organisasi non muslim untuk menganut dan mengamalkan agama mereka dan tidakalah akan membawa pengertian bahwa negeri ini bukanlah sebuah negara sekunder”.

Dengan demikian, pengakuan konstitusi bahwa agama islam merupakan agama resmi negara tidak memberi ruang kuasa yang luas untuk melaksanakan undang-undang dasar Islam, bahkan konstitusi tetap menjadi undang-undang tertinggi federal dan setiap undang-undang hendaklah disesuaikan dengan ketentuan konstitusi.
 
   Dari keterbatasan dan implikasi dari konstitusi  malaysia  tentang posisi islam sebagai agama resmi negara, yang jelas pengakuan negara terhadap islam turut mendukung menguatnya islam dimalaysia. Karena pengakuan itu dapat berimplikasi politis, dimana dapat di maknai khusus oleh warga negara meelayu muslim bahwa negara turut membantu pelaksanaan ajaran agama islam dan memperhatikkan umat islam di negara tesrebut. Hal  ini mendapatkan momentumnya ketika di Malaysia terdapat 2 partai    melayu : partai UMNO yang mendominasi pemerintahan Dan partai PAS yang merupakan partai oposisi islam. Kaitammmya dengan konstitusi terkait posisi islam adalah kenyataan bahwa islam menjadi isu sentral bagi kedua partai yang telah lama saling berkompetisi dalam mencari dukungan dan legitimasi melayu.

a.    Kebijakan pemerintah setelah kerusuhan etnis tahun 1969


        
  Masalah sosioekonomi yang menghadapi Malaysia pada tahun-tahun pertama setelah kemerdekaan adalah ketimpangan ekonomi antaara etnis melayu dan etnis pendatang, baik China maupun India. Faktor-faktor penyebabnya beraawal sejak masa kolonial, ketika kolonial Inggris mengkotak-kotakan penduduk tamah melayu baik dari segi letak geografis maupun kegiatan ekonomi. Orang-orang Melayu dibiarkan tinggal di kampung-kampung sebagai petani dan nelayan miskin dengan peluang yang terbatas  untuk memperoleh pendidikan. Orang-orang India dijadikan buruh pada ladang-ladang jatah milik pemerintah Inggris, juga tanpa peluang pendidikan. Sementara orang-orang Cina menguasai perdagangan perindustrian dan pertambangan. Akibatnya, komunitas Cina yang kebanyakan tinggal di kota meraih kemakmuran dan menonjol dibidang ekonomi dan pendidikan. Sementara kaum muslim melayu, yang kebanyakan tinggal di pedesaan dan bertani, meski menguasai politik dan pemerintahan, namun tertinggal di bidang ekonomi dan pendidikan. Kenyataan inilah yang kemudian menyulut kerusuhan antara etnis di Malaysia pada Mei 1969.
        
   Kerusuhan etnis ini meru[akan suatu peristiwa yang digambarkan oleh tuanku Abdul Rahman, mantan perdana mentri Malaysia, sebagai masa paling gelap dalam sejarah nasional Malaysia. Yang menyebabkan ratusan orang meninggal, dan sebagian terluka, dibubarkannya palemen selama hampir 2 tahun dan diberlakukannya keadaan darurat.
              
   Tragedi peristiwa 13 Mei 1969 merupakan suatu peristiwa sejarah yang tak akan dilupakan begitu saja oleh bangsa Melayu, terutama pemerintahan. Peristiwa itu membuat pemerrintah dan Pimpinan-pimpinan UMNO sadarer akan pentingnya memperrjuangkan nasib dan peningkatan bangsa Melayu, mengembalikan kepercayaan Melayu pada UMNO serta mewujudkan keadilan sosioekonomi bagi etnis Melayu demi stabilitas dan keamanan negara. pemerintah merasa perlu melakukan program reformasi ekonomi yang menjadikan  orang-orang melayu dan bumiputera lainya sebagai target, dengan membenahi kehidupan sosioekonomi masyarakat Melayu. Hal ini kemudian ditindak lanjuti pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan tentang Dasar Ekonomi Baru (DEB) atau New Economic Policy (NEP) kebijakan ini dimaksudkan untuk mengangkat posisi sosial ekonomi kalangan ekonomi lemah yang umumnya adalah orang Melayu serta meningkatkan pendidikan dan taraf hidup serta perkembangan usaha mereka. DEB bermaksud untuk mengoreksi ketidakseimbangan dan ketidakadilan antar etnis.
          
Dibidang pendidikan melalui DEB pemerintah memberi kesempatan lebih luas bagi penduduk Melayu guna melanjutkan studi mereka. Generasi yang dibesarkan melalui program DEB kelak menjadi para propesional muda yang komit terhadap ajaran Islam serta banyak berperan dalam mendukung kebangkitan kembali Islam di Malaysia.
       
   Bagaimana hal tersebut bisa terjadi ? menurut para peneliti yang  concern tentang studi kebangkitan islam, banyak diantara mahasiswayang mendapat beasiswa melalui DEB yang berasal dari kota kecil dan kampung dikawasan pedesaan malaysia. Sementara mahasiswa-mahasiswa di Universitas Malaya dan Universitas kebangsaan Malaysia  membentengi identitas mereka dengan menggabungkan diri pada gerakan-gerakan dakwah seperti ABIM, organisasi Islam yang sudah mapan di hampir setiap kampus di negara bersangkutan seperti Muslim Student Association (MSA) di Amerika Serikat dan Kanada
            
Apa hubungan antara kebijakan DEB dengan peningkatan komitmen dan pengalaman Islam di kalangan Melayu? melalui DEB, orang Melayu memperoleh prioritas dibidang ekonomi dan pendidikan. Pemerintah mengirim ribuan pemuda Melayu khususnya untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi keberbagai Universitas didalam dan luar Negeri. Berbagai aspek yang mempengaruhi mereka di lingkungan baru ini, telh semakin memperkuat kesadaran mereka terhadap islam pada akhirnya ikut memicu proses kebangkitan Islam di Malaysia, yang ditandai oleh meningkatnya kesadran Islam dikalangan mereka dan ada upayah untuk mengamalkan ajaran Islam secara lebih serius.
         
 Mekipun fokus utama program DEB adalah pembangunan sosioekonomi Melayu, promosi bahasa dan nilai-nilai budaya Melayu semakin menguatkan ikatan antara Agama dan etnisitas. Proses ini, dengan menekankan pada bangsa Melayu, sejarah, kebudayaan dan agama, memperkuat kebanggaan, identitas dan solidaritas melayu. Nasionalisme Melayu dan Islam yang merupakan unsur terpenting dalam identitas budaya Melayu telah menjadi kekuatan ideologii dan politik yang semakin besar, yang semakin memperkuat posisi dan peran Islam di panggung politik Malaysia.
        
  Dengan demikian, Malaysia memberikan contoh yang menarik tentang sentimen-sentimen nasionalitas Melayu yang mengakomodassikan kepentingan mereka sendiri dengan menaikkan tekanannya dalam tuntutan yang berkaitan dengan agama Islam. Seperti dikemukakan oleh Von Der Mehden : ‘’ persepsi Islam sebagai agama penduduk pribumi yang terancam, yaang kebanyakan tinggal di pedesaan, miskin, dan tidak pandai berdagang telah menumbuhkan sikap defensif yang menjadi landasan politik kebijakan publik, dan pendirian yang didukung oleh ras melayu’’.
         
 UMNO mengomentari berbagai kebijakan pemerintahan yang pro Melayu setelah kerusuhan etnis itu Zainah Anwar mengatakan : ‘’ kalau insiden 13 mei 1969 adalah situasi krisis uang menjadi kontak awal bagi perpalingan ke Islam, maka lingkup luas kebijaksanaan yang diambil pemerintah menyusul peristiwa itu hanyalah menyiram minyak ke dalam kobaran api kebangkitan Islam’’.
         
 Uraian di atas meningkatkan kesadaran Islam dikalangan mahasiswa yang pada gilirannya menyatu dan searaah dengan kecenderungan yang terjadi di dalam negri, di tengah masyarakat Muslim Malaysia yaitu kesadaran yang semakin bertambah terhadap Islam yang dikenal secara popular sebagai kebangkitan Islam.

b.    Kebangkitan Islam di malaysia

            Pengalaman Islam menjadi lebih tampak jelas terutama setelah kebangkitan Islam di Malaysia yang terjadi pada tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.

Kebangkitan islam di Malaysia terrlihat jelas pada upaya muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran Islam secara lebih serius seperti aktif shalat berjamaah di masjid, menghampri wirid pengajian, banyak beramal shaleh, mengucapkan salam bila bertemu, berhati-hati dalam membeli makanan agaar tidak termakan pada yang haram, memakai busana muslim seperti jubah, jilbab dan baju kurung dan telekung bagi wanita, memakai sarung sorban dan peci atau pakaian yang lain yang mencirikan ketaatan sebagai muslim.

           Gerakan kebangkitan Islam juga terlihat dikalangan mahasiswa di kampus-kampus Malaysia di kalangan mahasiswa terdapat kelompok-kelompok pengajian yang dikenal dengan dakwah. Mereka secara aktif mengadakan pengajian, puasa bersama, shalat malam bersama, dan tidak jarang juga mengadakam dzikir dan renungan malam bersama. Sementara mahasiswa-mahasiswa di Universitas Malaya dan Universitas Kebangsaan Malaysia membentengi identitas mereka dengan menggabungkan diri pada gerakan-gerakan dakwah seperti ABIM, Darul Arqam, dan jamaah Tabligh, maka mahasiswa yang belajar di luar negri, karna merasa goncangan kultural dan keterasingan.

           Dilatar belakangi oleh pendekatan dan pandangan internasionalis FOSIS yang umum tentang Islam, sementara mahasiswa antar Malaysia membutuhkan persiapan untuk perjuangan islam di Malaysia setelah kembali, diawal tahun 1975, dua organisasi islam baru yang lebih militan terbentuk dikalangan mahasiswa di London, yaitu suara Islam dan Islamic Refresentation Council (IRC).

c.     Dukungan dari Negara dan Pemerintahan


          
Faktor lainnya yang menyebabkan kuatnya citra dan nuansa islam di dalam masyarakat dan politik Malaysia adalah sikap dan respon UMNO dan pemerintahan terhadap menguatnya etos dan kesadaran islam dalam masyarakat Melayu dan menunjukan sikap dan kebijakan yang lebih beriorentasi Islam. Dalam hal ini pemerintahan secara jelas telah memperlihatkan kebijakan akomodatif dan pro-Islam dan tidak hanya bersifat infrastruktural, tetapi juga bersifat  strukturaldan kultural. Hal ini menemukan momentumnya pada masa pemerintah Mahatir dan berlanjut hingga masa pemerintahan Abdullah Ahmad Badawi.
          
Sikap akomodatif pemerintahan secara jelas dapat ditunjukan dengan berbagai kebijakan yang meyakinkan rakyat Malaysia dan kaum Muslimin, bahwa pemerintah dan UMNO bersungguh-sungguh dalam mendukung peran Islam. Pemerintah bahkan melakukan program “Islamisasi” dan “penerapan nilai-nilai Islam” yang menelan biaya relatif besar.
          
Secara struktural sikap akomodatif pemerintah antara lain dapat dilihat pada kebijakan yang merekrut jumlah aktivis muslim untuk duduk dalam sistem pemerintahan. Sikap akomodatif itu juga dapat dilihat pada peristiwa penting saat Mahatir mengajak Anwar Ibrahim, seorang aktifis dan tokoh Islam yang Kharismatik, untuk bergabung ke dalam pemerintahan.

Terlepas dari berbagai penilaian akomodasi struktural ini, yang jelas keterlibatan Anwar dalam pemerintahan telah banyak memberikan sumbangan bagi kemajuan Islam dan umat Islam dinegara tersebut. Disinyalir oleh sebagian kalangan bahwa berdirinya IIUM (Internasional Islamic University Malaysia) sebagai atas upaya Anwar. Seperti ditegaskan Nagata, Anwar merupakan penolong dalam sebuah jalan bagi terciptanya berbagai kebijakan Islam.
          
Akomodasi truktural penting lainnya yang dilakukan pemerintah untuk menyebut suatu contoh adalah rekrutmen 850 orang guru agama kedalam lembaga pemerintahan pada awal tahun 1980-an. 100 orang diantaranya ditugaskan pada  unit Islam perdana menteri, sedangkan 750 orang lainnya ditugaskan dikantor Menteri Pendidikan.
          
Ini menggambarkan bahwa peranan pemerintah secara lebih detail dalam mendukung Islam dan menjadikan kebijakan-kebijakan dan program-program pembangunan dalam berbagai bidang menjadi lebih sarat demgam muatan Islam. Meskipun Pas dan kelompok Muslim oplosan pemerintah, seperti organisasi-organisasi dakwah, mungkinsaja menganggap semua itu hanya simbol seremonial saja, ada bukti-bukti lain yang lebih subtantif yang menunjuksn meningkatnya keberpihakan pemerintah tergadap Islam. Hal ini dapat ditunjukan dari kebijakan pemerintahan dalam berbagai aspek berikut ini :

a.    Geliat Dakwah dan Siar Islam

              
Pada prinsipnya, urusan agama Islam menjadi wewenang pemerintahan negara, seperti ditetapkan dalam konstitusi Malaysia, sultan menjadi pimpinan di negaranya masing-masing. Sementara itu, dinegeri yang tidak memiliki sultan seperti di Pulau Pinang, Malaka, sabah, sabal serta wilayah federal Kuala Lumpur, pimpinan agama dipercaya kepada yang pertusn agung. Namun  demikian, pemerintah merasa perlu untuk memandu, kalau tidak bisa dikatakan mengatur, agar aktivitas agama Islam dinegara tersebut tidak menjadi sumber instabilitas.

Hal ini dilakukan pemerintahan, selain untuk menunjukan perannya dalam mendukung Islam juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekahwatiran dan ketakukan warga non-Muslim terhadap apa yang dibahasakan Mahatir sebagai “Islam Fundamentalis”yang diantaranya menginginkan penetapan hukum Islam atau terbentuknya agama Islam si Malaysia.

 Maka untuk menetralisir gerakan-gerakan fundamentalis tersebut, serta berupaya untuk memandu dan mengatur aktivitas Islam di Malaysia, pemerintah merasa perlu merancang dan mengatur sendiri berbagai aktivitas Islam dan berdasarkan pada kebijakkan Islam. Pemerintah pun mendirikan sejumlah institusi Islam di plat merah atau mengembangkan lembaga-lembaga yang sudah ada untuk kemudian mengkoordinir dan mengatur berbagai aktivitas Islam.
          
 Sejumlah institusi-institusi yang bermaksudkan di atas, bermarkas dipusat Islam yang terletak berdampingan dengan mesjid negara. Pusat Islam selain berperan sebagai simbol dan inspirasi pemerintahan dalam penyebaran Islam secara serius juga berfungsi sebagai pusat saraf birokrasi administrasi keislaman milik pemerintah. Selain itu, juga untuk mengkoordinir seluruh kegiatan Islam di negara itu yang posisinya berlangsung dibawah kantor perdana menteri.

Kompleks yang berbentuk istana dan bangunan-bangunan megah serta fasilitas yang lengkap yang mencakup berbagai unit penting antara lain apa yang sebelumnya dikenal dengan Bahagian Hal Ehwal Islam (BAHEIS) atau saat ini yang lebih dikenal dengan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM), pusat penelitian Islam, Institut Dakwah dan Institut Al-quran.
          
Diantara program yang dilaksanakan BAHEIS adalah Takmir Mesjid, Pendidikan Islam, penyeragaman Undang-undang, peningkatan kerja sama Islam bidang keislaman antara negara Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia.

Selain itu juga program bagi peningkatan usaha-usaha Islamyah dikalangan umat, peningkatan pengawasan akidah umat Islam, pemantapan sekolah-sekolah agama diseluruh negeri dan program rumahku surgaku. Program “Takmil Mesjid” yang berawal sejak tahun 1985 didasari pertimbangan bahwa mesjid memainkan peranan penting dalam meningkatkan ilmu, iman dan takwa, serta pembentukan kepribadian umat Islam.

Untuk itu dilakukan sejumlah kegiatan yang dipusatkan di mesjid seperti pelatihan untuk pejabat agama, para da’i dan imam mesjid, kamp remaja Islam yang diadakan setiap tahun untuk pembinaan moral remaja, khusus kaligrafi, khusus penyelenggaraan jenazah, kelas bahasa Arab serta khusus Ibadah haji.

Program ini dijalankan di bawah pimpinan BAHEIS  melalui kerja sama dengan kantor agama Islam diseluruh negeri diberi wewenang untuk mengelolah kegiatan mesjid serta mengendalikan berbagai kegiatan mesjid diseluruh negeri dibawa kendali pejabat-pejabat agama, iman dan para da’i yang telah ditetapkan atau mendapat izin pemerintah.  
          
Upaya pemerintah dalam menyeragamkan administrasi keislaman serta mengelolah kegiatan mesjid diseluruh negeri  melalui BAHEIS, bagi banyak pengamat dilihat sebagai upaya pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikan aktivas keislaman di negara itu. Hal ini memperlihatkan kekhawatiran pemerintahan bahwa aktivitas Islam yang menonjol dapat membahayakan stabilitas negara dalam masyarakat flural seperti Malaysia.
          
Dalam menjaga kesucian umat Islam, BAHEIS sebagai perpanjangan tangan pemerintah senantiasa mengawasi setiap kegiatan badan dan organisasi keagamaan, seperti menyekat penyebaran ajaran sesat. Hal semacam ini dilakukan tidak saja pada tingkat federal melainkan juga pada tingkat negeri. Berdasarkan ketentuan pemerintahan, ajaran dan amalan Islam berdasarkan pada paham Ahlu Hal-Sunnah wal Jamaah. Ajaran sesaat yang menyimpang dari paham ini pandangan pada memecah belah kesatuan Islam. Inilah salah satu alasan mengapa gerakan al-arqam dengan “Aurad Muhammadiyah” diharamkan pemerintah.
         
 BAHEIS telah pula menyelengarakan program “Rumahku Surga ku” yang di inisiasi perdana menteri Mahatir Muhammad, pada tangga l 1 Juli 1992. Program ini bertujuan mewujudkan institusi keluarga yang bahagia serta sistem kekeluargaan yang kokoh untuk selanjutnya membentuk masyarakat penyayang dan budaya saling menyayangi, tujuan yang sama telah pula termasuk dalam visi 2020.
         
 Salah satu kontribusi terbesar BAHEIS lainnya yang patut dicacat disini adalah perannya sebagai agen pemerintah dalam mengkampanyekan dan mensosialisasikan kebijak “Penerapan nilai-nilai Islam dalam pemerintahan” yang dilancarkan tahun 1982. Yang menjadi dasar pemikiran kebijakan itu adalah bahwa pembangunan dan kejayaan sebuah negara tergantunga antara lain pada nilai-nilai hidup dan etika kerja yang positif dikalangan pekerjaan-pekerjaannya.

Oleh karena itu, nilai-nilai Islam seperti “bersih, cekap dan amanah” harus ditanamkan dalam semua jiwa pegawai pemerintah dan rakyat. Secara khusus nilai-nilai yang ingin ditanamkan anatara lain mempunyai moral yang tinggi, tertib dan siplin, tidak menyeleweng, dan tidak korip di adil serta tidak mementingkan diri sendiri.
         
 Dengan demikian, melalui kebijkan ini nilai-nilai universal ditanamkan dengan harapan dapat melahirkan pejabat pemerintah yang berwibawa dan menhayati Islam yang pada gilirannya dapat pula meningkatkan kwalitas pemerintah negara. berdasarkan laporan, pada umumnya penerapan nilai-nilai “bersih cakep dan amanah”  diterima dan diamlakan pegawai pemerintah dan instansi-instansi pelayanan umum. Hal ini didasari pada pandangan umum bahwa prestasi pelayanan umum saat ini lebih baik dibandingkan sebelumnya.
          
Sebagai agen pemerintahan, BAHEIS telah memainkan peran penting dalam meningkatkan peran Islam di Malaysia. Sejak tahun 1997 pemerintah memperluas wewenang dan kedudukan BAHEIS dari sebuah bagian menjadi sebuah jabatan, dikenal dengan jabatan kemajuan Islam Malaysia. (JAKIM). Sebagai perpanjang pemerintahan pusat yang digunakan untuk melakukan koordinasi dan mengatur institusi-institusi serta mengurus masalah-masalah keislaman, JAKIM memainkan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1.    Bertanggung jawab sebagai perancang yang menentukan pembangunan dan kemajuan Islam di Malaysia.

2.    Merumuskan kebijakan untuk pembangunan Islam serta menjaga kesucian aqidah dan ajran Islam.

3.    Membantu dan memformulasikan dan menyelenggarakan Undang-undang dan peraturan yang diperlukaan serta menilai dan melakukan koordinasi pelaksanaan undang-undang dan administrasi yang sudah ada dari waktu ke waktu dalam rangka menyelesaikan permasalahan umat Islam.

4.    Melaksanakan program-program pembangunan umat dan penghayatan Islam dalam pemerintahan negara.

5.    Menyeragamkan mekanisme penetapan undang-undang serta pengaturan bagi administrasi Keislaman diseluruh negara bagian.

6.    Membuat penilaian tentang program-program keislaman yang dilaksanakan di negara ini.

7.    Bertindak sebagai pengumpul, penyebar dan pusat rujukan informasi mengenai Islam.

8.    Melaksanakan unsaha-usaha pembangunan umat melalui kerjasama nasional maupun internasional.

Untuk melaksanakan fungsi diatas, JAKIM mempunyai 14 Bagian yaitu bagian penelitian Islam, bagian dakwah, bagian pembangunan pendidikan Islam, bagian media elektronik dan penyiaran, bagian penerbitan, bagian informasi Islam, bagian penasehat undang-undang, bagian administrasi dan keuangan, bagian latihan (terdiri dari  Institusi latihan Islam dan Darul Quran), bagian sekretariat dan hubungan internasional, bagian mesjid negara dan bagian audit intern.

Institusi penting sebagai perpanjangan tangan pemerintah lainnya yang perlu dicatat disini adalah  Pusat Penelitian Islam Malaysia (PPIM). Lembaga ini punya andil besar dalam melakukan penelitian mengenai aktivitas dan persoalan Islam di Malaysia untuk memberikan informasi pada pemerintah serta umpan balik kepada pejabat berwenang dan relavan.

Lembaga ini juga berperan dalam memeriksa  dan menyensor pulikasi-publikasi Islam. Selain itum PPIM turut berperan dalam mengatur dan mengendalikan Islam, karena menurut Mutalib hasil-hasil penelitianya diadopsi Kantor Perdana Menteri, ketika diperlukan dijadikan rujukan dalam melakukan aksi tertentu.

Selain institusi-institusi diatas, masih terdapat sejumlah institusi Islam lainnya yang pembentukkannya tidak terlepas dari peran pemerintah seperti institusi kepahaman Islam Malaysia (IKIM) dan yayasan Dakwah Islamiah.

Meskipun partai oposisi Islam, PAS, dan kelompok muslim oposan pemerintah lainnya, seperti organisasi-organisasi Dakwah mungkin saja menganggap semua itu hanya bersifat Simbolik dan superfisial semata, atau setidaknya sebagai upaya pemerintah untuk merebut simpati masyarakat muslim.

Tetapi bukti-bukti lain tampak lebih subtantif, menunjukan meningkatnya keberpihakan pemerintah terhadap Islam. Bebarapa contoh dapat disebut antara lain menetapkan secara resmi bulan dakwah secara nasional, dan meningkatkan kenerja pusat Islam yang merupakan pusat saraf dari birokrasi administrasi Islam.

sepanjang tahun 1978, unit Dakwah Islamiyah dan unit propaganda Islam radio dan televisi Malaysia (RTM) yang dikoordinir pemerintah telah memproduksi sebanyak lebih dari 125 program per bulan, beberapa diantanya disampaikan pada bahasa inggris, china dan tamil. Sejak tahun 1979, program Islam di RTM meningkat pesat.

Uraian diatas selain mensggambarkan pemerintah ingin menunjukan perannya dalam mendukung Islam juga menggambarkan betapa pemerintah berupaya memasukkan kegiatan-kegiatan Islam kedalam pengaturan dan pengendaliannya.

Sebagian itu kalangan, melihat sikap pemerintah yang secara umum mendukung Islam cenderung bersifat ambivalen. Di suatu sisi mendukung Islam dengan lebih mempertegas muatan keislaman dalam kebijakan-kebijakan pemerintah tetapi disisi lain pemerintah tetap bersikap waspada dengan mengendalikan aktivitas Islam dan mengekang individu-individu dan oranisasi –organisasi Islam dengan alasan stabilitas negara.





BAB III

PEMBAHASAN


A.    PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA

Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades).[17] Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di Malaysia dapat kita merujuk pada peryataaan Ahmad M. Sewang bahwa, penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda.

Pertama, Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa kerajaan. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa disebut bottom up, dan pola kedua biasa disebut top down.[18] Pola ini menyebabkan Islam berkembang pesat sampai pada saat sekarang di malaysia.

Pola pertama melalui  jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat  tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama.

Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan,  kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.

Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan malaysia, Salah satu sumber dari cina menyebutkan ada enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas.

Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah.[19] Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.

Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama.

 Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.[20] Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universistas Kebangsaan Malaysia.

Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.

Di samping itu, ada juga undang-undang warisan Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang berjumlah 68, hampir identik dengan hukum mazhab Syafii.[21] Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan Alquran, dan realisasi hukum Islam yang sejalan dengan paham Syafii di Malaysia sekaligus mengindikasikan bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami perkembangan yang signifikan.

Dengan adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiaan dakwah dan kajian Islam oleh kaum itelektual dan menyelenggarakan kegiatan intenasional yaitu Musabaqah ilawatil Al-Qur’an yang selalu diikuti qari qariah Indonesia.[22]

 Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkemabangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan, ditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992.

Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.

B.    BUKTI SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE MLAYSIA

Bukti sejarah islam di malaysia ditandai dengan ditemukannya sebuah batu nisan di Kedah yang tertulis nama Syekh Abdul Qadir Ibnu Khusyen Syah seorang da’i keturunan Persia pada abad ke abad ke-9 M. Bukti sejarah lainnya adalah dengan ditemukannya batu bersurat yang lebih dikenal dengan nama Tugu Peringatan Batu yang ditemui di Kuala Berang, Trengganu tanggal 702 hijriah/1302 M.

Namun tonggak berdirinya Islam di Malaysia adalah saat Sultan Muzaffar Shah I dari Kedah pada tahun 1303, (abad ke-12 M) memeluk Islam dan menjadi raja Melayu pertama yang masuk Islam. Kemudian diikuti oleh Sultan Megat Iskandar Shah yang sebelumnya bernama Parameswara memeluk Islam setelah menikah dengan seorang puteri dari Kerajaan Samudra Pasai, Aceh.

Permaisura, seorang raja Hindu terakhir di Kerajaan Malaka juga berhasil diislamkan oleh seorang ulama yang berasal dari Jeddah bernama Sayid Abdul Aziz atau Sidi Abdul Aziz pada abad ke-14 M. Raja Permaisura kemudian berganti nama menjadi Muhammad Syah Sejak.

Saat itulah syiar Islam di Malaka terasa lebih kuat. Apalagi setelah Raja Permaisura wafat dan digantikan oleh Sultan Iskandar Syah, kemudian digantikan lagi oleh Sultan Mansyur Syah. Sultan berikutnya yaitu Sultan Alaudin Syah I. Beliau memindahkan pusat pemerintahannya dari Kampar ke Johor di Semenanjung Malaka.   

Kerajaan Malaka bertambah maju dan menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara pada masa itu yang ramai dikunjungi oleh para pedagang mancanegara. Sultan Alaudin Syah I kemudian dikenal sebagai Sultan Johor yang pertama.

Namun pendapat di atas yang mengatakan Islam baru masuk ke Malaysia pada abad ke -14 M dibantah oleh sejarawan lainnya seperti Wan Husain Azmi. Beliau mengatakan bahwa Islam pertama kali sampai di Malaysia pada abad pertama hijriah.

Disqus Comments