Halo pembaca caratipsahoi, kali ini saya ingin melampirkan hasil dari laporan gabungan mengenai praktikum manajemen akuakultur air tawar, yang dilakukan di UR, hal ini meliputi latar belakang, tinjauan pustaka, saran dan banyak lagi deh, silahkan agan baca aja,
LAPORAN GABUNGAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AKUAKULTUR AIR TAWAR
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akuakultur merupakan usaha produksi biota akuatik di dalam lingkungan terkontrol untuk tujuan komersial. Akuakultur dikelompokkan ke dalam 2 (dua) bagian besar, yaitu pembenihan dan pembesaran. Produk utama dari pembenihan, yaitu benih siap tebar untuk kegiatan pembesaran. Sedangkan kegiatan pembesaran menghasilkan biomassa ikan yang siap konsumsi. Dalam kegiatan pembenihan terdapat beberapa rangkaian kegiatan, salah satunya yaitu pemijahan ikan. pembenihan adalah merupakan faktor penentu sehingga tidak kesulitan dalam penyediaan benih.Sejarah dan perkembangan akuakultur berawal dari negara China- Fan Li dalam bukunya dan filosofinya: beri kami seekor ikan jika anda ingin melihat kami hidup sehari; beri kami pancing jika ingin melihat kami hidup beberapa tahun; beri kami ilmu perikanan jika ingin melihat kami hidup sepanjang masa.
Indonesia: Kitab-kitab majapahit dan situs candi sudah menunjukkan budidaya sudah duluan di Jawa, menyusul Sumatera Barat, dan Sulawesi.
Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang ( Raharjo, 1980). Ikan mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang tergolong memiliki nilai ekonomis penting. Ikan konsumsi ini termasuk salah satu komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat dari waktu ke waktu.
Ikan mas ( Cyprinus carpio) juga merupakan salah satu komoditas perikanan darat yang telah lama dibudidayakan karena pertumbuhannya sangat cepat dan potensi pemasarannya cukup baik.
Pemeliharaanya sangat mudah dikarenakan ikan ini mempunyai kemampuan adaptasi yang baik dalm lingkungan budidaya, terutama pada kadar oksigen terlarut rendah dan serangan penyakit. Makanan alami ikan Mas umumnya hewan kecil yang hidup didasar perairan, misalnya larva Chironimidae, Tubificiedae, dan moluska.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekkan secara langsung dari tahap-tahapan dalam usaha pembesaran ikan mas pada kolam., mengetahui teknik pendederan ikan mas serta pemberian manajemen pakan untuk proses pembesaran ikan mas.II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Abdullah (2006), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophisi
Sub ordo : Cyprinidea
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio Linn.
Secara morfologi bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut berada di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktif). Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut.
Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik, kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas yang berukuran relatif besar digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid) dan terletak beraturan (Rochdianto, 2005).
Menurut Khairuman et.al (2005), tubuh ikan mas dilengkapi juga dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari keras. Sementara itu, ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari keras dan bergerigi. Garis rusuk atau gurat sisi (linea literalis) pada ikan mas berada di pertengahan tubuh mulai dari belakang tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.
Di alam asli, ikan mas dapat ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya yang keadaan air tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Meskipun ikan mas termasuk ikan air tawar, namun tidak jarang ikan ini ditemui hidup di daerah muara sungai yang berair payau (Susanto dan Rochdianto, 1999).
Khairuman et.al (2005), menyatakan ikan mas dapat hidup di tempat (habitat) perairan air tawar yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150-600 meter di atas permukaan laut (dpl) dan pada suhu 25–300C.
Ikan mas yang dibudidayakan di areal perkolaman dapat dikawinkan sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Tetapi di alam aslinya misal: sungai, danau ataupun genangan air lainnya, ikan mas memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan.
Biasanya memijah pada perairan dangkal, setelah mengalami kekeringan musim kemarau, dan menempelkan seluruh telurnya pada tanaman atau rerumputan di tepi perairan (Santoso, 2000). Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan bahwa ikan mas yang akan memijah harus didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan yang meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telurnya digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepitkan di dua bilah bambu (Susanto dan Rochdianto, 1999).
Ikan mas termasuk pemakan segala (omnivora). Pada umur muda (ukuran 10 cm), ikan mas senang memakan jasad hewan atau tumbuhan yang hidup di dasar perairan atau kolam, misalnya chironomidae, olighochaeta, tubificidae, epimidae, trichoptera, molusca, dan sebagainya. Selain itu memakan juga protozoa dan zooplankton seperti copepoda dan cladocera. Hewan-hewan kecil tersebut disedot bersama lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkan dan sisanya dikeluarkan melalui mulut (Santoso, 2000).
Untuk menumbuhkan pakan alami yang dibutuhkan larva kolam harus dipupuk menggunakan pupuk organik dan pupuk anorganik. Jumlah pupuk yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kesuburan perairan. Biasanya, pupuk organik berupa kotoran ayam yang digunakan sebanyak 500 gram/m2. Sementara itu, pupuk anorganik berupa TSP dan urea yang digunakan masing-masing sebanyak 10 gram/m2. Kedua pupuk anorganik tersebut dicampur dengan kapur sebanyak 15 gram/m2. Selanjutnya, campuran pupuk dan kapur tersebut diaduk merata dan ditebarkan ke seluruh permukaan tanah di dasar kolam (Khairuman et al., 2005).
Menurut Standar Nasional Indonesia (1999) kualitas air media yang cocok untuk pembenihan ikan mas ialah sebagai berikut:
a. Suhu : 25-30 °c
b. pH : 6,5-8,5
c. Debit air : 0,4-0,7 liter/detik
d. DO : minimal 5 mg/l
e. Ketinggian air : 50-70 cm
f. Kecerahan : 25 cm
g. Amonia : kurang dari 0,01 mg/l
Usaha pembenihan dan pendederan ikan mas dapat menggunakan air hujan, air waduk, air sungai, mata air, air saluran irigasi, air permukaan, air sumur terbuka, air sumur pantek, dan air sumur artesis. Dari berbagai sumber tersebut, air waduk dianggap yang terbaik karena endapannya cukup sedikit dan kandungan oksigen serta unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami cukup tinggi. Sementara itu, air sumur terbuka, air sumur pantek, atau air tanah lainnya, lebih aman dari kontaminasi biota dan penyakit, tetapi miskin oksigen (O2) terlarut dan kandungan karbondioksidanya (CO2) cukup tinggi. Air jenis ini harus mendapatkan perlakuan aerasi terlebih dulu sebelum dipergunakan untuk pembenihan dan pendederan ikan mas (Khairuman et al., 2005).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemn Akuakultur Air Tawar dilakuakan pada bulan November dan Desember hari Selasa dan Sabtu pada pukul 15.00-18.00 WIB yang bertempat di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum adalah ember, tangguk, thermometer, kertas indikator pH, pakan, ikan mas (Cyprinus carpio), pupuk, serta kapur3.3. Metode Praktikum
Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek diteliti dan diamati serta dilakukan secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan kejadian selama praktikum dikolam tujuan pembesaran benih ikan mas.3.4. Peosedur Praktikum
Prosedur praktikum yang dilakukan selama praktikum manajemen akuakultur air tawar adalah:3.4.1. Prosedur Pendederan Ikan Mas
1. Benih ikan mas yang digunakan berukuran 3-8 cm (didapatkan di tempat usaha budidaya ikan)2. Sebelum ikan dimasukkan ke kolam yang telah diberikan pupuk (tujuan menumbuhkan pakan alami) beserta kapur (tujuan menstabilkan pH), ikan diaklimatisasi terlebih dahulu (tujuan agar ikan ikan dapat beradaptasi dengan air media tempat pembesaran)
3. Maka ikan mas dapat langsung didederkan kedalam kolam
3.4.2. Manajemen Pemberian Pakan Ikan Mas
1. Semua ikan dari masing-masing kelompok di timbang berat biomassanya2. Penambahan konversi pakan sebesar 10% dari berat badan ikan yang diberi makan 3 kali sehari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil praktikum manajemn akuakultur air tawar adalah:Berat ikan mas dari kelompok 1 adalah 86,4 kg, suhu air kolam adalah 32ͦC dan pH adalah 6. Sedangkan berat biomassa ikan seluruh kelompok dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Berat Biomassa Ikan Mas Setiap Kelompok
Kelompok Berat Biomassa Ikan
Kelompok I 432 gr
Kelompok II 574 gr
Kelompok III 262,2 gr
Kelompok IV 480 gr
Kelompok V 430,5 gr
Kelompok VI 480 gr
Jumlah 2658,87 gr
Konversi pakan 10% = 2658,87 gr x 10%
= 265,87/ hari
Perhari = 265,87 : 2 kali
= 132,94/ 1 kali pemberian
4.2. Pembahasan
Kolam yang telah diberi pupuk dan kapur sebelumnya, memberikan dampak positif terhadap media kualitas air kolam. Dilihat dari hasil suhu dan pH yang sangat cocok dalam pembesaran ikan mas. Dibantu dengan adanya proses aklimatisasi yang dilakukan, karena proses ini merupakan hal yang terpenting agar ikan dapat beradaptasi terhadap media awal hidup dan akhirnya dipelihara didalam kolam praktikum.Konversi pakan yang telah didapatkan, sesuai dg 10% dari bobot biomassa ikan diberikan 2 kali sehari, bertujuan agar ikan mas dapat berkembang dan tumbuh dengan cepat. Pemberian pakan dilakukan setiap hari secara rutin.
Jenis ikan yang banyak dibudidayakan hampir diseluruh propinsi di indonesia adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan spesies yang mudah dibudidayakan dan dapat berkembang dengan baik. Daya adaptasi yang tinggi menyebabkan ikan mas dapat hidup dalam dataran rendah sampai dataran tinggi. Disamping itu preferensi masyarakat terhadap ikan mas cukup tinggi.
Produksi ikan mas semakin meningkat sejalan dengan peningakatan permintaan untuk memenuhi konsumen dalam negeri.
Mulai tahun 1990-an, budidaya ikan mas telah mengarah kepada konsep agribisnis yang dibagi menjadi beberapa subsistem. Subsistem pada budidaya ikan mas tersebut terdiri dari subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran.
Setiap subsistem tersebut tidak dapat terpisahkan satu sama lain, bahkan saling terkait erat. Teknologi yang diterapkan pada sub usaha pembesaran sebagian besar sudah mengarah kepada pola intensifikasi walaupun masih perlu beberapa perbaikan. Sementara itu, pada sub usaha pembenihan dan pendederan, intensifikasi masih perlu ditingkatkan lagi, terutama untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pada kegiatan pembesaran (Khairuman et al., 2005).