Kamis, 26 Januari 2017

Ikan Kakap Putih ( Taksonomi & Morfologi Hasil Kerja Peraktek)

Ikan Kakap Putih ( Taksonomi & Morfologi Hasil Kerja Peraktek) - Bercerita mengenai jeenis ikan kakap, makanannya, serta morfologi dan taksonominya. all about tips in Properti computer. makalah, programming, hacker, wisata, Kesehatan, Peninggi Badan, Sixpack, cara dan tips berbagai permasalahan.


I.    PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Balai Budidaya laut Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT Pusat) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di bidang pengembangan budidaya laut. Balai Budidaya Laut Batam berdiri sejak tahun 1986 dengan nama Stasiun Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Pinang, kemudian berganti nama menjadi Sub Balai Budidaya Laut yang berkantor di Tanjung Riau, Sekupang, Batam.

Sejak Tahun 1994 Sub Balai Budidaya Laut resmi terbentuk dengan nama Loka Budidaya Laut Batam melalui surat keputusan Menteri No. 347/KPTS/OT.210/5/94 tanggal 06 Mei 1994 lalu disempurnakan dengan SK Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan Nomor : 64 Tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000 kemudian disempurnakan lagi dengan surat keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.26 C/MEN/2001 tanggal 01 Mei 2001.

BACA JUGA : Ciri - ciri Sapi Simmental Dan Keunggulannya Dibandingkan Dengan Sapi Yang Lain


Pada Juni 2002 Loka Budidaya Laut Batam menempati lokasi baru di Pulau Setoko, Kecamatan Bulang, Kota Batam dan pada tahun 2006 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.10/MEN/2006, tanggal 12 Januari 2006 resmi menjadi Balai Budidaya Laut Batam dan seluruh kegiatan dipusatkan di lokasi dengan luas 6,5 Ha tersebut.

Pulau Setokok merupakan salah satu kawasan unit budidaya di Pulau Batam yang sangat potensial untuk pengembangan berbagai komoditas ikan budidaya. Di daerah ini terdapat beberapa  komoditas ikan laut ekonomi penting yang dibudidayakan seperti berbagai jenis Kerapu, Bawal dan kakap. Umumnya kegiatan budidaya yang dilakukan berupa pembesaran baik dengan metode tancap maupun keramba jaring apung.

Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) merupakan komoditas ikan laut yang pertama berhasil dalam pembenihannya di Indonesia. Ditengah-tengah pesatnya keberhasilan pembenihan komoditas ikan laut lainnya seperti Kerapu Bebek dan Kerapu Macan, ikan Kakap Putih masih tetap eksis sebagai salah satu ikan budidaya. Hal ini disebabkan karena ikan Kakap Putih mempunyai toleransi lingkungan tempat budidaya yang tinggi terutama salinitas dan kecerahan, pertumbuhan yang relatif cepat, tahan terhadap serangan penyakit dan harga yang cukup tinggi (Hermawan et al., 2005).

Untuk mendukung usaha budidaya ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch), maka diperlukan benih bermutu yang ketersediaannya terus menerus dan dalam jumlah yang mencukupi. Benih diperoleh dari hasil pembenihan yang dilakukan di balai budidaya atau di pembenihan swasta. Peningkatan produksi benih dapat diperoleh dari peningkatan produksi larva yang dihasilkan. Larva yang berkualitas baik akan menghasilkan benih dengan kualitas yang baik. Usaha perawatan larva sampai menjadi benih ini bertujuan mendapatkan benih yang sehat, aktif, tahan terhadap penyakit serta dapat tumbuh dengan baik. Produksi benih merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan budidaya. Faktor-faktor pendukung dari keberhasilan perawatan larva yaitu kondisi lingkungan, kualitas pakan, kualitas induk serta ketelitian dalam pelaksanaan perawatan larva, sehingga akan diperoleh hasil produksi benih yang optimal (Akbar, 2004).


BACA JUGA : Nutrisi Ikan, Salase Ikan & Bahan Baku Alternatif Pembuatan Pakan



Agar mendapatkan benih ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) yang baik maka dibutuhkan teknik pemeliharaan induk yang baik, termasuk manajemen pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan penanganan penyakit. Sehingga benih yang dihasilkan dapat memiliki kualitas yang lebih baik dan bermutu tinggi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis melakukan praktek magang di Balai Budidaya Laut Batam Propinsi Kepulauan Riau.

1.2    Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui secara langsung tentang teknik pemberian pakan pada pemeliharaan induk ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Balai Budidaya Laut Batam. Selain itu praktek ini juga bertujuan untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam proses pemeliharaan induk serta mencari pemecahan dari masalah tersebut.

Manfaat dari kegiatan praktek magang ini adalah dapat menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan memperluas wawasan dalam bidang perikanan, khususnya dalam pemeliharaan Induk ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch).

II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Taksonomi dan Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)

Menurut Bloch (1790) dalam Bond et al (2005) sistematika Kakap Putih adalah Phylum Chordata, Sub Phylum Vertebrata, Class  Pisces, Sub Class Teleostei, Ordo Percomiformes, Famili Centropomidae, Genus Lates dan Spesies Lates calcarifer, Bloch.

Ikan Kakap Putih ( Taksonomi & Morfologi Hasil Kerja Peraktek)


                                            Gambar 1. Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)

Ciri-ciri umum Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) adalah sebagai berikut: bentuk badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekornya lebar. Pada waktu masih burayak (umur 1 - 3 bulan) warnanya gelap, kemudian menjadi terang setelah menjadi gelondongan (umur 3 - 5 bulan) berukuran 10 – 15 cm dengan bagian punggungnya berwarna coklat kebiru-biruan dan pada bagian bawahnya berwarna abu-abu gelap. Matanya berwarna merah cemerlang. Mulut lebar sedikit serong dengan geligi halus. Bagian atas penutup insangnya bergerigi. Bentuk sirip ekor bulat (Kordi, 2004).



BACA JUGA : Quisoner Perikanan ( Cara Membuat Quisoner Untuk Kerja Magang)



Pada ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) sirip punggung bagian depan berjari-jari keras sebanyak 7-9 buah, bagian belakang hanya punya satu jari-jari keras, selebihnya berupa jari-jari lunak sebanyak 9 – 15 buah. Jari – jari keras pada sirip dubur ada 3 dan jari – jari lunak sebanyak 6 – 17 buah sirip. Sirip perut dibelakang pangkalnya berkelompok yang bersisik ctenoid. Ujung sirip ekor berbentuk bundar. Bergigi kecil-kecil yang tajam. Bentuk kepalanya lurus kedepan, punggungnya tinggi dan tebal, seluruh badan dan kepalanya bersisik ctenoid, berwarna perak keabuan yang lebih gelap pada bagian punggung dan memutih pada bagian perutnya (Djuhanda, 1981 dalam Bahri, 2007).

Bentuk ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) adalah pipih dan ramping dengan ekor meruncing kearah ujung. Keistimewaan ikan ini adalah merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromus. Untuk mempertahankan kelestarian populasinya ikan jantan yang telah berbobot 2 – 2,5 kg dapat berubah kelamin menjadi betina (hermaprodit protandri) dan hanya sekitar 50 % dari populasinya tetap berkelamin jantan (Mustahal, 2000).

2.2. Penyebaran dan Habitat

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) mempunyai banyak nama baik di Indonesia maupun diluar negeri. Misalnya di Jawa Tengah dan di Jawa Timur orang menyebutnya pelak, petehan, pletehan, tetehan, cabeh dan cabik. Di Madura disebut dubit, tekong, cakong atau cateh. Di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama talungsar, pica-pica dan diluar negeri umumnya disebut giantseaperch, tetapi di Asia Tenggara lebih dikenal dengan seabass dan lain-lainnya. Di Australia dan di Papua Nugini serta di beberapa daerah di Indonesia lebih dikenal dengan nama barramundi (Hendri, 2008).

Habitat alami ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) pada daerah – daerah pantai berhutan bakau yang dipengaruhi oleh muara sungai tawar. Kakap dewasa hidup pada kedalaman 1-6 m dan selalu berlindung pada semak-semak, ranting-ranting pohon kayu mati yang tenggelam didasar perairan pantai (Balai Budidaya Laut Batam, 2006).

2.3. Siklus Hidup

Sistem reproduksi ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dapat mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina atau disebut Hermaprodit Protandri. Namun demikian, tidak semua induk betina berasal dari induk jantan dewasa yang mengalami perubahan kelamin (secondary female) tetapi dari awal tetap betina (primary female) (Sukriadi, 2006).

Siklus hidup dan kebiasaan makan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) dimulai dari telur, kemudian menetas menjadi larva, selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi juvenil, gelondongan, ikan muda dan dewasa. Telur yang dibuahi akan menetas dalam waktu 12 – 14 jam setelah pembuahan (suhu air 30 – 32 0C), sedangkan pada suhu 27 0C telur yang dibuahi akan menetas setelah 17 jam (Samsul dan Sudaryanto, 2001).

2.4. Pakan


Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam pertumbuhan ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Sedangkan pakan dibutuhkan oleh ikan sejak mulai hidup yaitu dari larva, dewasa sampai ukuran induk.



BACA JUGA : Menajemen akuakultur  Air Tawar ( Hasil Kerja Peraktek Gabungan)


Penggunaan pakan dalam pemeliharaan larva berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan kerena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya (Huet, 1971 dalam Melianawati dan Suwirya, 2005).

Menurut Mudjiman (2001), mengatakan bahwa makanan ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu makanan alami dimana makanan tersebut dihasilkan secara alami diperairan, makanan tambahan yaitu makanan yang diberikan dalam bentuk asli yang langsung dapat dimakan oleh ikan dan makanan buatan yaitu makanan yang diramu dari beberapa bahan kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana dikehendaki.

Tidak semua makanan yang dimakan ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan) sisanya digunakan untuk aktifitas, pertumbuhan dan reproduksi (Fujaya, 2004).

Dikrurahman (2003) menyatakan Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disaesuaikan dengan jenis ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu : Pelet terapung dan Pelet tenggelam.Pakan buatan biasanya di produksi secara besar-besaran di pabrik pengolahan pellet dimana pada pembuatan pellet ini di produksi oleh para ahli dibidangnya. Namun pada dasarnya cara atau teknik pembuatan pekan ikan ini  sangat sederhana.

Pakan buatan untuk ikan kakap putih (Lates Calcarifer) yang dipelihara adalah pakan racikan sendiri yang komposisinya sudah disesuaikan sesuai kebutuhan nutrisi induk, berikut komposisi yang digunakan : Cacing, Ikan segar, T. Sidat, Vit. C, Vit. Mix, Vit. E, Nature E, M. Ikan, Pellet dan Cumi yang di berikan sekitar 3-4 Kg setiap harinya, sebelumnya Cumi di potong-potong menjadi ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Pakan buatan di berikan pada pagi hari, sedangkan cumi di berikan untuk sore harinya.

2.5. Kualitas Air


Air merupakan media hidup bagi ikan dimana di dalamnya mengandung berbagai bahan kimia lainnya, baik yang terlarut dan dalam bentuk partikel. Kualitas air bagi perikanan didefenisikan sebagai air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan, dan biasanya hanya ditentukan dari beberapa parameter. Unsur kualitas air yang paling berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (Daelami, 2001).

Kualitas air media pemeliharaan harus selalu berada pada ambang batas yang dibutuhkan untuk hidup larva Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Beberapa parameter yang sangat menentukan untuk kehidupan larva Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) adalah suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO). Kisaran parameter utama tersebut adalah suhu 270C – 300C, salinitas 30 – 33 ppt, pH 7,0 – 8,2 dan DO lebih dari 5 ppm (Qadri, 1999 dalam Mardewi, 2007).



BACA JUGA : Tips Agar Laptop & Android mu Tidak Cepat Panas 


2.6. Hama dan Penyakit


Di lingkungan alam ikan dapat diserang berbagai macam penyakit atau parasit. Demikian dalam pembudidayaan bahkan penyakit atau parasit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan dapat menyebabkan kematian ikan. Oleh karena itu pencegahan penyakit dan penanggulangan merupakan aspek budidaya penting (Sunyoto, 2000).

Menurut Afrianto dan Liviawatty (1992) dalam Kurniastuty et al (2004), penyakit yang sering menyerang ikan dapat diklasifikasikan sebagai: 1) penyakit menular, yaitu penyakit yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. 2) penyakit tidak menular yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme, melainkan hal lain seperti kekurangan pakan, keracunan dan konsentrasi oksigen terlarut dalam air rendah.

Ikan dapat bersifat kebal atau rentan terhadap serangan penyakit tergantung pada umur dan ukuran ikan, spesies ikan tersebut, sistem kekebalan tubuh dan kesehatan serta asupan nutrisi yang diberikan (Senggagau dan Novriadi, 2006).

Sekianlah  Hasil Kerja Peraktek bertemakan Ikan Kakap Putih ( Taksonomi & Morfologi Hasil Kerja Peraktek), terimakasih.



Disqus Comments