A. Pengertian Ilmu, Al-Qur’an, dan Ulumul Qur’an
1. Pengertian Ilmu
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah.
Jadi secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif.
2. Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa, kata “Al-Qur’an” merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata “qira’ah” yaitu bacaan. Bentuk mashdar ini berasal dari fi’il madli “qoro’a” yang artinya membaca.
Menurut istilah, “Al-Qur’an” adalah firman Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukil dengan jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah.
Jadi dapat di simpulkan bahwa Al-Qur'an adalah Wahyu Allah SWT.yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
3. Pengertian Ulumul Qur’an
Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari ulumul Qur’an.
B. Sejarah Perkembangan Penulisan Ulumul Qur’an
Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul quran.
A. ULUMUL QURAN PADA MASA RASULULLAH SAW
Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal: 60), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian Al-Quran. Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah S!W berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apayang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka. (HR Muslim)
B. ULUMUL QURAN MASA KHALIFAH
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut :a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan(Penulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khattab dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
c. kekalifahan Ali Ra : dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
C. ULUMUL QURAN MASA SAHABAT & TABI'IN
a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya.Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan maknamakna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
2. Ibnu Masud,
3. Ibnu Abbas,
4. Ubai bin Ka'ab,
5. Zaid bin sabit,
6. Abu Musa al-Asy'ari dan
7. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global.
b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya
Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai berikut :
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin ubair, Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Ka'ab, di Madinah : Zaid bin !slam, abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi. Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
D. MASA PEMBUKUAN "TADWIN"
Perkembangan selanjutnya dalam ulumul quran adalah masa pembukuan ulumul Quran , yang juga melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :a. Pembukuan Tafsir Al-!uran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai dengan pembukuan hadist dengan segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in. Diantara mereka yang terkenal adalah, Yazid bin )arun as Sulami, ( wafat 177 H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin arrah ( wafat 197 H ) ), Sufyan bin 'uyainah ( wafat 198 H ), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 ). Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. "amun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita.
b. Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari (wafat 310 H) Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil ( dipindahkan ) melalui penerimaan ( dari mulut kemulut ) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadis, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at Tafsir bil Ma'sur ( berdasarkan riwayat ), lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra'yi ( berdasarkan penalaran ).
c. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang Ulumul Quran selain Tafsir
Disamping ilmu tafsir lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, diantaranya :
1. Ulama abad ke-3 Hijriah
* Ali bin al Madini ( wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun nuzul
* Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam ( wafat 224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at.
* Ibn Qutaibah ( wafat 276 H) menyusun tentang problemaIka Quran ( musykilatul quran ).
2. Ulama Abad Ke-4 Hijri
* Muhammad bin Khalaf bin Marzaban ( wafat 309 H ) ) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil Qur'an.
* Abu muhammad bin Qasim al Anbari ( wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu - ilmu qur'an.
* Abu Bakar as Sijistani ( wafat 330 H ) menyusun Garibul Qur'an.
* Muhammad bin Ali bin al-Adfawi ( wafat 388) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.
3. Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya
* Abu Bakar al Baqalani ( wafat 403 H ) menyusun I'jazul Qur'an,
* Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi ( wafat 430 )menulis mengenai I'rabul Qur'an.
* Al Mawardi ( wafat 450 H ) menegenai tamsil-tamsil dalam Qur'an ( 'amsalul Qur'an )
* Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam Qur'an.
* Alamuddin !skhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu Qira'at ( cara membaca Qur'an ) dan Aqsamul Qur'an.
d. Mulai pembukuan secara khusus Ulumul Qur’an dengan mengumpulkan cabang cabangnya.
Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan Ulumul Qur'an.
Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut :
* Ali bin Ibrohim Said (wafat 330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan 'Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.
* Ibnul Jauzi ( wafat 597 H) mengikuInya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.
* Badruddin az-Zarkasyi ( wafat 794 H ) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al- Burhan fii ulumilQur`an .
* Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.
* Jalaluddin As-Suyuti ( wafat 911 H ) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil qur`an.
Catatan : kitab Al-Burhan ( Zarkasyi) dan Al-Itqon ( As-Suyuti) hingga hari ini masih dikenal sebagai referensi induk ( terlengkap dalam masalah Ulumul Qur'an. Tidak ada peneliti tentang ulumul quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.
E. ULUMUL QUR'AN MASA MODERN / KONTEMPORER
Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul quran pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul quran dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.
1. Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran diantaranya:
a. Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
b. Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh Sayyid Qutb,
c. Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
d. Masalatu tarjamatil qur`an Musthafa Sabri,
e. An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
f. Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh amaluddin Al-qasimi.
2. Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranya :
a. Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an.
b. Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
c. Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an.
d. Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
e. Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Kitab – Kitab Ulumul Qur’an
• IlmuAlqur'an1. Kitab Ma'anil Qur'an Karangan Abu Ja'far An Nukhas
2. Kitab Ma'anil Qur'an Wai'robuhi Karangan Abu IshaqIbrohim sari Bin Sahl
3. Kitab Al 'Ajab Fi BayanilAsbab Karangan Al HafidzIbnuHajar al 'Asqolani
4. Kitab TafsiruGhoroibil Qur'an Karangan Abu Bakar As Sajastani
5. Kitab Manahilul 'Urfan Fi 'Ulumil Qur'an Karangan Al Imam AzZarqoni
6. Kitab Al Burhan Fi 'Ulumil Qur'an Karangan Al Imam AzZarkasyi
7. Kitab I'robulQur'anil 'Adzim KaranganSyaikh Al Islam Zakaria Al Anshori
8. Kitab Ma Dalla 'Alaihil Qur'an Karangan Al Imam Al Alusi
9. Kitab Mabakhits Fi 'Ulumil Qur'an KaranganSyaikhMana' KholilQothon
10. Kitab Mukhtasor At Tibyan Fi AdabiKhamlatil Qur'an Karngan Al Imam An Nawawi
11. Kitab Al Itqon Fi 'Ulumil Qur'an Karangan Al Imam Jalaludin As Suyuthi
12. Kitab Al Mu'jizatulKubro Karangan Al 'Allamah Muhammad Abu Zahroh
13. Kitab Fadoilul Qur'an Karangan Al Imam ArRozi
14. Kitab Mu'tarokulAqron Fi I'jazil Qur'an Karangan Al Imam Jalaludin As Suyuthi
15. Kitab Bahirul Qur'an Fi Ma'aniMusykilatil Qur'an KaranganSyaikh Mahmud Bin AbiHasan An
Naisaburi Al Ghosnawi
16. Kitab Fadoilul Qur'an Karangan Al Imam Al HafidzIbnuKatsir
17. Kitab FathurRohmanBikasyfi Ma YaltabisuFil Qur'an Karangan Abu YahyaZakaria Al Anshori
18. Kitab Ahkamul Qur'an Karangan Al Imam AbiBakr Ahmad Bin Ali Al Jishos
19. KitabAhkamul Qur'an Karangan Al Imam Abu Bakr Bin Al Arobi Al Maliki
• IlmuTajwid Dan Qiroah
1. Kitab At Tamhid Fi 'IlmiTajwid KaranganSyaikhIbnu Al Jazari
2. Kitab Manarul Huda Fi BayanilWaqfiWalIbtida' KaranganSyaikh Ahmad Bin Abdul Karim Al Asmuni
3. Kitab Ma'rifatulQurro'ilKubar Karangan Al Imam Ad Dzahabi
4. Kitab Al jadwal Al 'Adzb An Namir Fi Qiroati 'Ashimwa Al BishriWaIbniKatsir KaranganSyaikhFaiz Bin Abdul Qodir
5. Kitab Mudzkirah Fi IlmiTajwid KaranganAbul Bara'
6. Kitab TuhfatulAthfalWalGhilman Fi Tajwidil Qur'an Ma'aKhasiyah Ad Dasuqi KaranganSyaikhSulaiman Bin Husain Al Jamzuri
7. Kitab KitabuSab'ahFilQiroat Karangan Al Imam IbnuMujahid
8. Kitab Al MukhtasorulMufid Fi 'IlmiTajwid KaranganSyaikh Ismail Ibrohim As Syyid Ahmad
9. Kitab Ta'thirulBariyyahBisyarkhilJamzuriyyah KaranganSyaikh Ahmad Al Bakiri
10. Kitab HujjatulQiroat KaranganSyaikhAbdurrohman Bin Muhammad bin Zanjalah
Pentingnya Ulumul Qur’an dalam Memahami Al-Qur’an
Adapun tujuan dari mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah:
1) Agar dapat memahami kalam Allah ‘Aza Wajalla sejalan dengan keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan para tabi’in tentang interprestasi mereka terhadap Al-Qur’an
2) Agar mengetahui cara dan gaya yang digunakan oleh para mufassir (ahli tafsir) dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.
3) Agar mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur’an
4) Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Hubungan ‘Ulumul Qur’an dengan tafsir juga dapat dilihat dari beberapa hal yaitu:
a. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai alat untuk menafsirkan, yaitu:
1) Ulumul Qur’an akan menentukan bagi seseorang yang membuat syarah atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat dapat dipertanggung jawabkan. Maka bagi mafassir ‘Ulumul Qur’an secara mutlak merupakan alat yang harus lebih dahulu dikuasai sebelum menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
2) Dengan menguasai ‘Ulumul Qur’an seseorang baru bisa membuka dan menyelami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an
3) ‘Ulumul Qur’an sebagai kunci pembuka dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an sesuai dengan maksud apa yang terkandung di dalamnya dan mempunyai kedudukan sebagai ilmu pokok dalam menafsirkan Al-Qur’an.
b. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai Standar atau Ukuran Tafsir
Apabila dilihat dari segi ilmu, ‘Ulumul Qur’an sebagai standar atau ukuran tafsir Al-Qur’an artinya semakin tinggi dan mendalam ‘Ulumul Qur’an dikuasai oleh seseorang mufassir maka tafsir yang diberikan akan semakin mendekati kebenaran, maka dengan ‘Ulumul Qur’an akan dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir yang tidak shahih.
Dari uraian diatas bisa difahami bahwa adanya Ulumul Qur’an sangatlah penting untuk dipelajari dan dikaji secara baik untuk mencegah adanya kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur’an dimana pada Keberagaman Modern saat ini tidak dipungkiri banyak kesalahan-kesalahan penafsiran yang memang disengaja untuk merubah makna dan ajaran serta perintah dan pedoman-pedoman yang terkandung didalamnya. Untuk itu sangatlah penting mempelajarinya bagi keberagaman modern.