Konsep Ibadah
Ibadah merupakan hubungan antara hamba dengan tuhannya, pabila ibadah seorang hamba diterima maka beruntunglah hemba tersebut, tetapi apabila hamba tersebut terjerumus kedalam kesyirikan, niscaya merugilah ia.Manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya.
Ibadah diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Sehinngga melakukan kesyirikan, Perbuatan itu adalah menuhankan sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan, kecuali hanya kepada Allah SWT. Salah satu contohnya adalah sebuah tradisi yang mempercayai atau menganggap sebuah benda mempunyai kekuatan. Tradisi ini merupakan suatu tindakan syirik atau menyekutukan Allah.
1.1 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian ibadah?
b. Apa saja jenis-jenis ibadah?
c. Apa hikmah dan tujuan ibadah?
d. Apa pengertian syirik?
d. Ada berapa macam jenis – jenis syirik?
e.Bagaimanakah contoh - contoh Syirik?
f. Bagaimana cara mencegah perbuatan syirik?
g. Apa Hikmah menghindari perbuatan syirik?
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian ibadah dan syirik
2. Mengetahui hikmah dan tujuan ibadah
3. Mengetahui jenis-jenis ibadah dan syirik
4. Mengetauhi cara menghindari syirik
BAB II
PEMBAHASAN2.1 KONSEP IBADAH
2.1.1 Pengertian Ibadah
Ibadah menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Sebagaimana dalam firmannya :
“ Katakanlah ,” Sesungguhnya Sholatku,ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” (TQS. Al-An’am : 162)
Berbicara tentang ibadah berarti membahas mengenai posisi diantara dua dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya. Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh karena itu kesadaran ibadah bersifat fitriah, karena manusia menyadari akan kekurangan dan kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang dapat memberikan bantuan dan pertolongan.
Menurut Ibnu Taimiyah , ibadah pada asalnya mengandung pengertian rasa hina terhadap yang dipuja. Karena itu beliau mengemukakan “barangsiapa yang tunduk terhadap seseorang tetapi ia tidak mencintainya , maka ia bukanlah seorang pengabdi, demikian pula sebaliknya, jika seseorang mencintai orang lain tetapi tidak mentaatinya tidak pula ia dikatakan sebagai pengabdi.”
2.1.2 Hikmah dan Tujuan Ibadah
Kita sebagai manusia dengan keterbatasan tidak mungkin mengetahui dan mengungkap seluruh hikmah yang terkandung dalam apa yang Allah syariatkan dan tetapkan. Apa yang kita ketahui dari hikmah Allah hanyalah sebagian kecil, dan yang tidak kita ketahui jauh lebih besar, “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Isra`: 85).
Allah adalah al-Hakim, pemilik hikmah, tidak ada sesuatu yang Dia syariatkan kecuali ia pasti mengandung hikmah, tidak ada sesuatu dari Allah yang sia-sia dan tidak berguna karena hal itu bertentangan dengan hikmahNya.
Sekecil apapun dari hikmah Allah dalam sesuatu yang bisa kita ketahui, hal itu sudah lebih dari cukup untuk mendorong dan memacu kita untuk melakukan sesuatu tersebut karena pengetahuan tentang kebaikan sesuatu melecut orang untuk melakukannya.
Ibadah adalah wujud pengabdian seorang hamba pada Tuhan-Nya yang didasari sikap ikhlas dan pasrah diri. Dengan demikian tujuan ibadah tidak lain adalah mendapat Keridhaan Allah SWT semata. Oleh karena itu, hambanya yang menjalankan ibadah dengan ikhlas dia akan merasakan dirinya akan selalu dekat dengan Tuhannya, sehingga ibadah dapat menjadi sarana taqarub ilallah atau pendekatan diri pada Allah. Melalui jalan taqarub ilallah Allah, maka kita baru bisa menyerap sifat sifat ALLAH yang mulia, sehingga mampu melahirkan seorang hamba yang shaleh.
Allah SWT menyatakan bahwa dunia ini akan dihuni oleh hamba-hambaku yang sholeh. fungsi agama memberikan pencerahan dan kesadaran tentang makna dan arti hidup, sehingga manusia dapat menyadari tujuan hidupnya dan mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba yang soleh.dengan demikian Ibadah tidak hanya sarana menciptakan kesalahen individu tetapi juga bagaimana ibadah melahirkan hamba-hamba yang shaleh yang memberi kebaikan dan mamfaat bagi orang lain.
2.1.3 Jenis-Jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah,
Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang keseluruhan tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para ulama menetapkan qaidah yaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali dengan perintah Allah dan petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa, zakat, aqiqah dan qurban.
2. Ibadah ghairo Mahdhah
Sedangkan ibadah gairo mahdoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya kaidah muamalah yang memyatakan bahwa seluruh ibadah muamalah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya.dengan cemikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah dengan keimanan seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan perintah-Nya.
2.2 SYIRIK
2.2.1 Pengertian Syirik
Syirik adalah mempersekutukan Allah swt dengan makhluk –Nya, baik dalam dimensi , maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak langsung,secara nyata atu terselubung.
Dalam dimensi rububiyah misalnya meyakini bahwa ada makhluk yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat, seperti meyakini “kesaktian para wali Allah ,sehingga dia minta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau untuk meraih keuntungan apalagi bila wali tersebut sudah meninggal dunia.
Dalam dimensi mulkiyah misalnya mematuhi sepenuhnya para penguasa non-muslim bukan terpaksa di samping menyatakan patuh kepada Allah swt ,pada hal pemimpin non- muslim itu menghalakan apa yang diharamkan Allah swt dan mengharamkan apa yang dihalalkan atau mengajaknya melakukan kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyah misalnya berdo’a kepada Allah melalui perantara orang yang sudah meninggal dunia.
Barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”[ Luqman: 13]
Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”.[An-Nisaa': 48]
Surga-pun Diharamkan Atas Orang Musyrik.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”[ Al-Maa'idah: 72]
Syirik Menghapuskan Pahala Segala Amal Kebaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
“Artinya : Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”[Al-An'aam: 88]
2.2.2 Jenis-Jenis Syirik
a. Syirik besar
Syirik besar adalah: “menjadikan bagi Allah sekutu yang (dia) berdo’a kepadanya seperti berdo’a kepada Allah, takut, harap dan cinta kepadanya atau melakukan satu bentuk ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah”. Syirik besar itu ada yang zhahirun jealiyu(nampak nyata) seperti menyembah berhala,bulan,bintang malaikat dan benda-benda tertentu. Dan ada yang disebut dengan batinun khfiyun (tersembunyi) seperti berdoa kepada yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya untuk di kabulkan keinginannya atau minta di sembuhkan dari penyakit, di hindarkan dari bahaya dan lain sbagainya.
Syirik besar ada 4 macam :
a. Syirik Do’a, yaitu di samping dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selainNya.
b. Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala
c. Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
d. Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan.
b. Syirik kecil
Syirik kecil adalah semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang pada kemusrikan. Syirik kecil termasuk dosa besar yg di khawatirkan mengantarkan pelakunyakepada dosa besar.diantara amal perbuatan yang termasuk syrik kecil ini adalah :
1.bersumpah dengan selain allah
2.memakai azimat
3.menggunakan mantra-mantra untuk menolak kejahatan,penggobatan dan sebagainya
4.sihir
5.ramalan atau perbintangan
6.benazar kepada selain allah
7.menyembilih binatang atau mempersembahkan korban bkan kepada allah swt.
8.riya
Syirik Kecil ada 2 macam :
a. Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik”
b. Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang) dan lainnya.
2.2.3 Contoh-Contoh Perbuatan Syirik
a. Syirik dalam berdoa
Meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
b. Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau
menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).
2.2.4 Cara Menghindari Syirik
Ada beberapa cara agar kita bisa terhindar dari kesyirikan, di antaranya adalah:
1. Dengan mengikhlaskan segala ibadah dan amal shalih kita hanya untuk mencari ridha Allah ta'ala semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Mereka tidaklah diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan meninggalkan kesyirikan (hanif).” [QS Al Bayyinah: 5]
Di dalam hadits Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
إنما الأعمال بالنية وإنما لامرئ ما نوى
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niat dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang dia niatkan.” [HR Al Bukhari (6689) dan Muslim (1907)]
2. Mempelajari ilmu tauhid yang murni dan benar sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki padanya kebaikan maka Allah akan memahamkannya di dalam perkara agama.”[HR Al Bukhari (71) dan Muslim (1037)]
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu agama, dan kebaikan yang paling pokok adalah tauhid.
3. Mempelajari lawan dari tauhid itu, yaitu syirik, baik itu definisinya, jenis-jenisnya, dan contoh-contohnya. Karena untuk memmahami sesuatu itu terkadang kita juga harus mengenal lawannya. Lawan dari tauhid adalah syirik dan lawan dari sunnah adalah bid'ah.
Seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang bernama Hudzaifah ibnulYaman radhiallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang perkara kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang perkara kejelekan karena takut akan menimpaku.” [HR Al Bukhari(3606) dan Muslim (1847)]
Seorang penyair berkata:
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ... ومن لا يعرف الشر من الناس يقع فيه
“Aku mempelajari kejelekan bukanlah untuk melakukan kejelekan itu, akan tetapi untuk menghindarinya. Barangsiapa yang tidak mempelajari kejelekan (yang dilakukan) manusia, maka dia akan terjatuh ke dalamnya.”
4. Memperbanyak doa kepada Allah agar diberikan keistiqomahan (keteguhan) di atas tauhid dan sunnah dan agar dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kebid'ahan baik yang kita ketahui ataupun tidak, baik yang kita sadari ataupun tidak.
Salah satu doa yang disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam Al Qur`an adalah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“(Mereka berdoa): “Wahai Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. Sesungguhnya Engkau-lah Al Wahhab (Maha Pemberi).” [QS Alu Imran: 8]
5. Bergaul dengan orang-orang yang lurus dan teguh agamanya (ahlussunnah) dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang melakukan kesyirikan agar tidak terpengaruh dengan perbuatan mereka tersebut.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul, di antaranya adalah Nabiyullah Ibrahim صلى الله عليه وسلم sebagaimana yang diceritakan oleh Allah di dalam Al Quran:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kalian dari daripada apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (perbuatan) kalian dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kalian beriman hanya kepada Allah saja.” [QS Al Mumtahanah: 4]
Demikianlah beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menghindari kesyirikan. Sebagai tambahan, cara-cara di atas juga bisa diterapkan untuk menghindari perkara-perkara bid’ah.
2.2.5 Hikmah menghindari perbuatan syirik
1. Menjadikan manusia memiliki pandangan yang luas
Maksudnya ialah manusia akan mempunyai pandangan yang luas tentang hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya pengetahuan sains, agama, sosial yang lebih.
2. Mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia
Allah senantiasa mengangkat derajat manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaNya.
3. Mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan
Hidup dengan kesederhanaan dan kesahajaan tanpa ada campur tangan dari tindakan syirik yang menjadikan hidup menjadi lebih bermakna.
4. Membuat manusia menjadi suci dan benar
Manusia akan menjadi bersih, suci, dan benar apabila selalu mengingat Allah Swt, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
5. Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal
Adanya optimisme yang tinggi dalam segala bidang apabila kita percaya kepada sang Kholiq serta selalu mengingatnya dengan beribadah kepadanya.
6. Tidak mudah putus asa dengan keadaan yang dihadapi
Selalu sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan yang diberikan Allah SWT, karena dalam setiap cobaan yang ada pasti akan ada hikmah yang bisa diambil.
7. Menumbuhkan keberanian dalam diri manusia
Dengan menghindari syirik maka akan ada rasa keberanian dan optimis yang tinggi dalam menjalani hidup agar tidak tersesat ke jalan yang salah.
8. Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan
Tumbuhnya rasa cinta dan damai dalam kehidupan apaibila kita selalu mengingat Allah SWT dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
9. Menjadi taat dan patuh dengan hukum-hukum Allah
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Ibadah merupakan.aspek kehidupan Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Syirik yaitu kepercayaan terhadap suatu benda yang mempunyai kekuatan tertentu atau juga mempercayai hal-hal selain Allah Swt. Orang yang mempercayai hal tersebut dinamakan Musyrik. Sedangkan orang musyrik itu adalah orang yang mempersekutukan. Sikap syirik dapat merusak, bahkan dapat menggugurkan aqidah Islam. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati jangan sampai gerak hati, ucapan, dan perbuatan kita terbawa kedalam kemusyrikan. Sebab ada syirik kecil dan syirik besar. Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar.
Syirik adalah kedzaliman yang sangat besar, oleh karenanya bisa melenyapkansegala kebaikan, dosanya tidak diampuni [kecuali jika ia bertaubat], dan di neraka ia akan kekal dan dikekalkan. Syirik menumbuhkan sifat-sifat buruk, seperti : rakus, tamak, kejam, keji, mungkar, dengki, penakut, dan keberanian membikin syari’at sendiri.
Kita diperintahkan aktif menyuarakan tauhid dan membeberkan kesesatan syirik.
3.2 Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt dan menjauhi kesyirikan sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.