ISLAM
1.DEFENISI ISLAM
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.Sebagai suatu agama yang paling sempurna diantara agama-agama lainnya yang ada dimuka bumi ini.
Pengertian islam seperti yang banyak diungkapkan di berbagai literature keislaman dapat dilihat dari pengertian asal kata “islam” itu sendiri.Kata “islam” berasal dari kata “aslama” yang merupakan turunan dari kata “as-salm,as-salam,as-salamah yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin.Dengan demikian,islam dapat diartikan bahwa dalam islam terkandung makna suci,bersih tanpa cacat atau sempurna.
Kata “islam” dapat juga diambil dari kata “as-silm” dan “as-salm” yang berarti perdamaian dan keamanan.Oleh karena itu “as-salamu’alaikum”merupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada orang lain,sehingga ia selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada sesama.Selain pengertian diatas,banyak juga orang-orang yang mendefenisikan,Apa sich sebenarnya Islam itu ? Nah disini kami menampilkan beberapa pengertian islam,baik secara harfiah,Al-Qur’an dan para ahli.
1.Pengertian Islam secara harfiah
Secara harfiah,islam artinya damai,selamat,tunduk,dan bersih.Kata islam berasal dari tiga huruf,yaitu S(sin),L(lam),M(mimi) yang bermakna dasar “selamat”atau”salama,sejahtera dan tidak tercela.
2.Pengertian Islam menurut Al-Qur’an
Defenisi islam menurut Al-Qur’an banyak tercantum dalam sejumlah ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Islam berasal dari kata “as-silmu”yang artinya “damai dan jika mereka condong kepada perdamaian,Maka condongkanlah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Dialah yang Maha mendnegar lagi Maha mengetahui”(QS.Al-Anfal : 61)
Islam berasal dari kata “aslama” yang artinya menyerahkan diri (pasrah).”Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dririnya kepada Allah,sedang diapun mengerjakan kebaikan,dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya”(QS.An-Nisa :125).
Islam berasal dari kata “Istalma mustaslima”yang artinya penyerahan total kepada Allah.”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri”(QS.Ash-Shaffat : 26).
Islam berasal dari kata “saliimun salim”yang artinya bersih dan suci.”Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”(QS.Asy-Syu’ara :89).
Islam adalah agama yang universal,satu-satunya agama yang benar di sisi Allah (QS.Ali Imran [3]:19 dan 85)
ﺍﻦﺍﻝﺪﻱﻦﻋﻦﺪﷲﻝﻻﺀﺱﻼﻡ
(QS.Ali Imran [3] :19)
Artinya :
“Sesungguhnya agama pada sisi Allah adalah Islam.”
ﻭﻤﻦﻲﺒﺖﻎﻏﻲﺮﺍﻻﺀﺱﻼﻡﺪﻲﻦﻒﻠﻦﻲﻗﺒﻞﻤﻨﻪﻮﻫﻭﻒﺍﻵﺨﺮﺓﻤﻦﺍﺨﺂﺲﺲﺮﻲﻦ
(QS.Ali Imran [3] :85)
Artinya :
“Barang siapa memeluk agama selain islam,maka dia tidak akan diterima dan pada hari akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi.”
Islam adalah agama yang diturunkan Allah ke muka bumi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW,sebagai syariat terakhir(QS.Al-Maidah [5]:3) dan (QS.Al-
Ahzab[33]:40).
ﺍﻠﻲﻭﻢﺃﻜﻤﻠﺖﻠﻜﻤﺪﻲﻦﻜﻤﻭﺃﺖﺊﻤﺖﻋﻠﻲﻜﻤﻦﻋﻤﺘﻯﻭﺮ
ﺿﻲﺖﻠﻜﻤﺍﻻﺀﺲﻶﻡﺪﻲﻦﺍ
(QS.Al Maidah [5]:3)
Artinya :
“Pada hari ini Aku telah menyempurnakan bagimu agamamu serta telah aku lengkapkan nikmat-Ku kepadamu,dan Aku rida Islam dijadikan agama sebagai (dasar hidup)-mu.”
Islam merupakan penyempurna terhadap agama-agama sebelumnya(QS.Al-
Maidah[5]:58;(QS.Ali imran [3]:3).
Islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah SWT.(QS.Ali Imran [3]:19,85).
Agama yang sempurna (QS.Al Maidah [5]:3)
Islam adalah agama penyerahan diri semata-mata kepada Allah SWT (QS.An-Nisa [4]:125),agama para nabi (QS.Al-Baqarah [2]:136).
Islam adalah agama yang sesuai benar dengan fitrah kejadian manusia (QS. Ar-Rum [30]:30)
3.Pengertian Islam menurut Para Ahli
Islam adalah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alamnya (Endang Saefuddin Anshari,1986).
Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia diturunkan kemuka bumi dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang suci yang diwahyukan Tuhan kepada nabi-Nya yang terakhir,yakni Nabi Muhammad SAW.,satu kaidah hidup yang memuat tuntutan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia,baik spiritual maupun material(Kesepakatan Para Ulama).
“Jadi,Secara keseluruhan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya,berisi aturan-aturanatau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,manusia dengan manusia,dan manusia dengan alam semesta.Sehingga islam dikatakanlah sebagai agama yang universal,islam merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya,islam adalah agama yang sempurna dan islam adalah satu-satunya agama yang diridai Allah SWT.”
2.KARAKTERISTIK AJARAN DAN UMAT ISLAM
Munculnya beragama sentuhan filsafat dan paham-paham dari luar ajaran islam membawa sumbangan dan sambutan positif serta negatif yang terkadang membawa pengaruh perkembangan akidah islam namun terkadang malah membawa perpecahan dalam tubuh umat sendiri.Berbicara tentang pengaruh positif yaitu masalah ketuhanan,dapat kita lihat beberapa point yang berhubungan dengan ketuhanan,diantaranya :
-Dapat mendorong umat islam untuk mempelajari filsafat sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas pemahamannya terhadap Islam dan dapat memperkaya argumentasi yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang benar dan rasional.
Sehingga muncul berbagai persepsi tentang potret atau karakteristik islam,diantaranya :
-Islam yang ditampilkan oleh Iqbal,ahli sastra dan puisi,poteret islam mengambil bentuk yang penuh dengan nuansa filosofis dan sufistik.
-Islam yang ditampilkan Fazlurrahman,potret dan karakternya sangat bernuansa filosofis dan historis.
Jika dilihat dari berbagai pemikiran diatas menunjukkan bahwa dalam islam adanya dinamika internal dari kalangan umat islam untuk menerjemahkan islam dalam upaya merespon permasalahan dalam islam dengan satu tujuan yaitu untuk menunjukkan konstribusi islam sebagai salah satu alternative dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umatnya.Selain itu untuk menunjukkan juga bahwa islam mengandung ajaran-ajarannya bersifat universal dan fleksibel.Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan berbagai karakteristik ajaran-ajaran Islam,diantaranya sebagai berikut :
1.Komprehensif
Ajaran Islam membentuk umat islam itu berbeda-beda bangsa dan berlainan suku.Didalam menghadapi asas-asas yang umum,umat islam bersatu padu,meskipun dalam segi-segi kebudayaan berbeda-beda.
2.Moderat
Ajaran Islam memenuhi jalan tengah,jalan yang imbang,tidak terlalu berat kekanan memnetingkan kejiwaan(rohani) dan tidak berat pula kekiri mementingkan kebendaan(jasmani).Inilah yang diistilahkan dengan teori wasathiyah,meyelaraskan di antara kenyataan dan fakta dengan ideal dan cita-cita.
3.Dinamis
Ajaran islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang,mempunyai daya hidup,dapat membentuk diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ajaran islam terpancar dari sumber yang luas dan dalam,yaitu islam yang memberikan kepada manusia sejumlah hukum positif yang dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat.
4.Universal
Ajaran islam tidak ditujukan kepada sesuatu kelompok atau bangsa tertentu,melainkan sebagai rahmatan lil’alamin dengan misi yang diemban oleh Rasulullah SAW.Ajaran Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk pedoman hidup seluruh manusia untuk kebahgaiaan dunia dan akhirat.Sebagaimana firmannya :
ﻭﻤﺍﺃﺭﺴﻠﻦﻚﺇﻵﺭﺤﻤﺔﻠﻟﻋﺍﻟﻤﻲﻦ
(QS.Al-Anbiya [21] : 107)
Artinya :
‘Tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad),melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
5.Elastis atau Fleksibel
Ajaran islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap individu.Disiplin-disiplin tersebut wajib ditunaikan dan berdosa bagi yang melanggarnya.Namun dalam keadaan tertentu terdapat kelonggaran(rukhshah).Kelonggaran-kelonggaran tersebut menunjukkan bahwa ajaran islam itu bersifat elastic,luwes,dan manusiawi.Demikian pula adanya Qiyas,ijtihad,istihsan dan mashlahih mursalah,merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.
6.Tidak Memberatkan
Syariat islam tidak membebani sesorang sampai melampaui kadar kemampuannya.Sesuai dengan misi Islam sebagi rahmat bagi manusia,maka Islam dating untuk membebaskan manusia dari segala sesuatu yang memberatkannya.Firmannya :
ﻞﻲﻛﻟﻑﷲﻦﻑﺴﺍﺍﻵﻮﺴﻌﮭﺎﻟﮬﺎﻤﺎﻛﺴﺑﺖﻮﻋﻠﻱﮭﺎﻤﺎﺍﻛﺘﺴﺒﺖ
(QS.Al-Baqarah [2]:286)
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya,ia mendapat pahala dari kebaikan yang diusahakannya dan mendapat siksa dari kejahatan yang diusahakannya.”
7.Graduasi(Berangsur-angsur)
Allah sebagai pembuat hukum adalah Maha Bijaksana.Oleh karena itu,Allah memberikannya secara bertahap atau berangsur-angsur,tidak sekaligus secara radikal dan revolusioner.Seperti dalam perintah untuk meninggalkan minuman keras,berjudi,dan yang lainnya.
8.Sesuai dengan Fitrah Manusia
Kata Fitrah secara umum berarti”ciptaan,suci dan seimbang”.Dengan demikian,ajaran islam yang sesuai dengan fitrah manusia memberikan keterangan yang pasti tentang kepercayaan asli dan hakiki yang ada dalam diri manusia.Sebagaimana firman,
ﻒﺄﻗﻢﻮﺠﮭﻚﻠﻠﺪﻲﻦﺤﻦﻲﻒﺎﻒﻄﺮﺓﷲﺍﻠﺘﻰﻒﻄﺮﺍﻠﻧﺎﺲﻋﻠﻱﮭﺎﻻﺘﺒﺩﻲﻞﺧﻠﻖﷲﺬﻠﻚﺍﻠﺩﻲﻦﺍﻠﻘﻱﻤﺎﻮﻠﻜﻦﺃﻜﻦﺃﻜﺸﺭﺍﻠﻧﺎﺲﻻﻴﻋﻠﻤﻮﻦ
(QS.Ar-Rum[30]:30)
Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,dan tetaplah atas fitrah-Nya yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah,dan itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
9.Argumentatif Filosofis
Islam harus dapat mengikuti dan menguasai segala persoalannya dengan disertai alas an yang kuat dan argumentasi yang akurat.Artinya,ajaran Islam tidak mengharuskan umatnya untuk mempercayai-Nya secara buta
ﻗﻞﻫﺎﺘﻮﺍﺒﺮﻫﺎﻨﻜﻢﺍﻦﻜﻧﺖﻢﺻﺎﺪﻗﻲﻦﻨ
(QS.Al-Baqarah [2]:111)
Artinya:
“Katakanlah :Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
Karakteristik ajaran Islam diungkapkan oleh para ulama meliputi sebagai berikut:
1.Umat Islam sebagai umat yang satu(ummatan wahidah)
Artinya bahwa manusia pada dasarnya adalah satu yang diikat oleh kesamaan visi,dan tujuan hidup yang berdasarkan kepada akidah tauhid yang menjadi misi para nabi.(QS.Al-Baqarah[2]:213)
2.Umat Islam sebagai umat multi ras,suku,dan bangsa
Islam adalah agama yang tidak membedakan ras,suku dan bangsa.Ajaran Islam mendorong lahirnya umat multiras,etnik,dan golongan,tetapi memiliki satu kebanggan yang menyatukan semuanya.Ikatan yang memperkokoh kesatuan dirinya adalah tauhid.Oleh karena itu,perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka-jika mereka konsisten-tidak akan melahirkan perpecahan.(QS.Al-Hujurat [49]:13)
3.Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan
Prinsip kesamaan dan kesetaraan diantara manusia sehingga menghindarkan diskriminasi apapun,merupakan ciri yang sangat menonjol dalam konsep keumatan.(QS.Al-Hujurat [49]:13)
4.Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan Islam
Islam mendorong lahirnya masyarakat yang berdiri kokoh di atas nilai-nilai Ilahiyah yang sangat sesuai dengan budaya manusia.(QS.Asy-Syura[42]:38)
5.Umat yang mencintai keadilan
Ajaran Islam sangat menekankan terwujudnya keadilan ditengah masyarakat,tegaknya hukum,dan komitmen terhadap ajaran islam.(QS.Al-Maidah[5] :8).
6.Persatuan dan Kebersamaan(Kejam’ahan)
Islam mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan yang didasarkan kepada kesamaan akidah.Lebih banyak diungkapkan dengan istilah persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah.(QS.Ali-Imran [3]:103)
7.Adanya pemimpin yang berwibawa
Menegakkan kepemimpiin ini dikaitkan langsung dengan tanggung jawab,seperti dinyatakan dalam hadis.(HQS.An-Nisa’[4]:59).
8.Saling menghargai (demokratis)
Konsep persamaan yang terkandung dalam ajaran Islam melahirkan sikap saling menghargai yang menghargai yang menjadi salah satu cirri umat islam.Menghargai orang lain,baik fisik,kondisi,maupun pendapatnya juga merupakan salah satu ciri dari demokrasi.(QS.AL-Hujurat[49]:11).
3.INTEGRALITAS AJARAN ISLAM
Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia,baik sebagai hamba Allah,individu,anggota masyarakat,maupun sebagai makhluk dunia atau khalifah Allah dimuka bumi.Secara garis besarnya,ajaran Islam mengandung tiga persoalan pokok,yaitu:
1.Keyakinan yang disebut akidah,yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah,dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.
2.Norma atau hukum yang disebut syariah ,yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah,sesama manusia dan dengan alam semesta.
3.Perilaku yang disebut akhlak,yaitu sikap-sikap atau perilaku yang tampak dari pelaksanaan akidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri,tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada setiap diri umat Islam.Hal ini diungkapkan secara tegas dalam firman SWT,(QS.Al-Baqarah [2]:208).Apabila keseluruhan hidup telah berada diatas sendi ajaran Islam,maka akan lahir kebahagiaan hakiki yang menjadi tujuan hidup setiap umat manusia.Kebahagiaan hakiki yang dimaksud adalah kesejahteraan lahir dan batin.Kesejahteraan lahir adalah terpenuhinya kebutuhan hidup manusia.Sedangkan kesejahteraan batin adalah dirasakannya ketenangan,ketentraman dan kedamaian.Oleh karena itu,Islam memberikan bimbingan dan pengarahan yang jelas untuk mencapai kesejahteraan hakiki itu dengan menata kehidupan secara utuh dan seimbang.(QS.Al-Qashash [28]:77)(QS.Ar-Ra’d[13]:28).
Umat islam sebagai komunitas muslim pada dasarnya haruslah sebagai kumpulan manusia yang mencerminkan idealitas umat yang penuh dengan kebaikan.Al-Qur’an menyebutkan umat Islam itu sebagai masyarakat marhamah;masyarakat yang mewujudkan suasana damai,saling peduli dan mengembangkan kasih sayang.
4.METODE PENDEKATAN KAJIAN ISLAM
Dalam pengkajiannya,ada beberapa metode untuk mempelajari Islam.Masing-masing pendekatan tersebut bertujuan untuk meneliti dan mengkaji masalah-masalah yang spesifik dari berbagai masalah keislaman.Kemudian ditentukan metode yang akan digunakannya sesuai dengan masalah yang akan dikajinya.Adapun metode-metode pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji Islam antara lain adalah:
1.Metode Filosofis
Fisafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas segala sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-dalamnya sejauh di dalam jangkauan kemampuan akal manusia,kemudian berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti akar permasalahannya.Metode ini bersifat mendasar dengan cara radikal dan integral,karena memperbincangkan segala sesuatu dari segi hikmah dan esensinya atau hakikatnya.
Memahami islam melalui pendekatan filosofis ini,seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan agama yang bersifat formalistic,yakni mengamalkan agama dengan tidak memiliki makna apa-apa atau kosong tanpa arti.Namun,bukan pula menafikan atau menyepelekan bentuk ibadah formal,tetapi ketika dia melaksanakan ibadah formal disertai dengan penjiwaan dan penghayatan terhadap maksud dan tujuan melaksanakan ibadah tersebut.
2.Metode Historis
Kata ‘sejarah” mempunyai banyak arti,sejarah dapat diartikan cerita,atau sesuatu rekonstruksi atau juga sebagai kumpulan gejala empiris dimasa lampau.Secara terminologis sejarah berarti suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa atau gejala dengan memperhatikan unsure tempat,waktu,objek,latar belakang,dan pelaku dari peristiwa tersebut(Taufiq Abdullah,1986:65).
Dalam konteks ini,Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap ajaran islam sampai kepada kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian :
Pertama,berisi konsep-konsep
Kedua,berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan
3.Metode Teologi
Metode teologi dalam memahami Islam dapat diartikan sebagai upaya memahami Islam dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan.Selanjutnya berkaitan dengan pendekatan normative,yaitu suatu pendekatan yang memandang Islam dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Allah yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Dalam konteks metode pemahaman islam seperti ini,Ali Syariati mengatakan bahwa salah satu cara atau metode-metode dalam mempelajari Islam adalah dengan mengenal Allah dan membandingkannya dengan sembahan agama-agama lain.Cara lainnya adalah dengan mempelajari Al-Qur’an dan membandingkannya dengan kitab-kitab samawi lainnya.Namun,ada cara lain yaitu dengan mempelajari kepribadian Rasulullah SAW,dan membandingkannya dengan tokoh-tokoh utama dalam agama lain atau aliran-aliran pemikiran lainnya.Seluruh cara yang ditawarkan Ali Syariati tersebut pada intinya adalah metode-metode perbandingan atau metode komparasi.
IMAN
Iman artinya meyakini dengan sepenuh hati,diucapkan secara lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.Dalam ajaran islam ada enam pokok penting yang wajib diyakini,yaitu terdapat dalam Rukun Iman,diantaranya :
1.Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT,harus ditanamkan dalam setiap jiwa seorang muslim dengan pasti dan tidak ragu-ragu.Iman kepada Allah SWT,secara garis besar mencakup kepada keimanan kepada eksistensi-Nya,keimanan kepada ke-Esaannya,dan keimanan kepada kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
a.Iman kepada eksistensi Allah SWT.
Bukti-bukti telah banyak menunjukkan bahwa di balik ala mini ada sebuah kekuatan tertinggi yang mengatur,menguasai,dan mengawasinya yang dinamakan oleh kaum filosof dengan “sebab awal”,atau”akal pertama”,atau “penggerak pertama”.Sedangkan Al-Quran menamakannya dengan nama universal transenden yamh mencakup segala sifat-sifat keindahan dan keagungan,yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
b.Iman kepada ke-Esaan Allah SWT
Segala apa yang ada di alam semesta berupa perancangan keindahan dan keteraturan menunjukkan bahwa perancangan dan pengaturnya adalah satu.Kalau ada tuhan di ala mini lebih dari satu,nisacaya akan berantakan aturannya.Sebagaimana firman Allah dalam (QS.Al-Mukminun [23]:91).
Artinya:”Allah sekali-kali tidak mempunyai anak,dan sekali-kali tidak ada Tuhan yang lain beserta-Nya,kalau ada Tuhan beserta-Nya,maka masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.Mahasuci Alla dari apa yang mereka sifatkan.”
c.Iman kepada kesempurnaan sifat-sifat Allah
Eksistensi Allah dan ke-Esaan-Nya sudah seharusnya disertai keimanan bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat kesempurnaan yang pantas dan sesuai dengan Dzat-Nya yang mulia dan suci dari segala kekurangan.Alam yang indah dengan apa yang ada padanya berupa keteraturan yang menakjubkan,keberadaan fitrah manusia dan risalah-Nya yang diberikan kepada para nabi dan rasul telah menjadi bukti dan menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah SWT.
2.Iman kepada Para Malaikat
Malaikat merupakan salah satu makhluk gaib yang wajib dipercayai oleh seluruh umat islam.Malaikat diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dan mempunyai tugas yang berhubungan dengan manusia dan alam semesta.Adapun beberapa penjelasannya dapat dilihat dalam Al-Quran yaitu pada QS.Hud[11]:69-70,Al-Hijr[15]:52-55,Adz-Dzyariat [51]:24-25.
Keyakinan terhadap malaikat,bukan hanya sebatas mengetahui sifat-sifat dan tugas-tugasnya,melainkan harus melahirkan dampak dalam sikap dan perilaku sehari-hari.Oleh karena itu iman kepada malaikat akan memberikan pengaruh kejiwaan atau sikap yang cukup besar pada diri seseorang,seperti sikap jujur,tabah,ikhlas dan berani.
3.Iman kepada kitab-kitab Allah SWT
Allah menurunkan wahyu kepada para nabi dan rasul yang sebagia terkumpul dalam sebuah kitab,seperti Kitab Taurat (Nabi Musa),Injil(Nabi Isa),Zabur(Nabi Dawud)dan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW.Semua kitab Allah SWT diturunkan untuk kelompok masyarakat dan bangsanya sesuai dengan tingkat kecerdasan dan perkembangan budayanya.Oleh karena itu,aturan-aturan dan hukum-hukum dalam kitab-kitab Allah dikemukakan dalam ungkapan yang berbeda-beda,baik dialek bahasanya ataupun kandungan maknanya.
Abu A’la Al-Maududi membedakan antara kitab Al-Quran dengan kitab-kitab sebelumnya,antara lain:
Kitab-kitab terdahulu telah kehilangan naskah aslinya,yang ada sekarang hanya terjemahan-terjemahannya saja.Sedangkan Al-Quran sampai sekarang masih terpelihara keasliannya dan tidak mengalami perubahan satu huruf sekalipun bahkan sampa akhir zaman.
Kitab-kitab terdahuluu hanya ditujukan kepada satu bangsa,tidak ditujukan kepada bangsa lainnya.Adapun Al-Quran ditujukan kepada bangsa lainnya.Adapun Al-Quran ditujukan kepada seluruh umat manusia tanpa membedakan suku,ras,golongan,bangsa dan bahasa.
Bahasa-bahasa yang dipergunakan dalam kitab-kitab terdahulu sudah hilang dari permukaaan,sehingga tidak ada satu bangsa pun yang menggunakan bahasa kitab terdahulu.Oleh karena itu semua kitab terdahuku adalah hasil terjemahan belaka.Sedangkan Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang hingga sekarang tetap merupakan bahasa yang hidup sampai sekarang oleh jutaan umat manusia,baik oleh bangsa Arab ataupun bangsa ‘ajami(Non Arab).
Karena kitab-kitab terdahulu yang ada sekarang hanya merupakan terjemahan,maka didalamnya telah terdapat perubahan atau tercampuri oleh pendapat-pendapat atau uangkapan-ungkapan manusia,terutama pemikiran-pemikiran para penerjemahnya.Sedang Al-Quran,tetap terpelihara sejak awal turun hingga sekarang ini sampai akhir zaman nanti.
Perubahan yang sangat penting dalam kitab-kitab terdahulu adalah dalam masalah ketuhanan(akidah),yakni dari akidah tauhid menjadi musyrik.Dalam kerangka itulah kitab suci Al-Quran diturunkan Allah untuk merevisinya dan menyempurnakan ajaran-ajarannya.
Hubungan iman keapada kitab Allah dengan kehidupan manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya,karena jalan yang harus ditempuh oleh manusia telah dijelaskan Allah dalam kitab-kitab-Nya.Manusia tidak memiliki pengetahuan secara pasti untuk melihat masa depan yang harus ditempuhnya,maka Allah SWT.memberitahukannya melalui kitab-kitab-Nya,sehingga manusia dapat mengatur dan menyesuaikan hidupnya,serta memiliki harapan di masa depannya jelas.Itulah salah satu implementasi iman kepada kitab Allah yang membentuk perilaku manusia dalam kehidupannya didunia.
4.Iman kepada Para Rasul
Ada dua golongan umat manusia yang diutus oleh Allah SWT.untuk menyampaikan kebenaran-Nya kepada umat manusia lainnya di muka bumi.Pertama nabi,yaitu orang yang diutus oleh Allah kepada kaumnya untuk memberikan petunjuk kepada kebenaran
.Kedua,rasul,yaitu orang yang diutus oleh Allah untuk membawa kitab kepada
kaumnya untuk menjalankan kebenaran.Tidak ada perbedaan yan esensial antara nabi dan rasul selain dalam hal kitab yang dibawa kepada kaumnya.
Baik rasul atau pun nabi adalah manusia yang dipilih Allah untuk menerima wahyu-Nya,kemudian mereka diperintahkan untuk menyampaikan dan menjelaskannya kepada umat manusia,sekaligus sebagai contoh konkret pribadi manusia yang baik.
Melalui rasul inilah manusia dapat melihat contoh perilaku yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah SWT,dan melalui rasul ini pula,manusia dapat mengetahui segala sesuatu tentang Allah SWT,:mulai dari rencana,kehendak,keagungan dan kekuasan-Nya,sampai kepada manusia itu sendiri yang hakikatnya adalah berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.Oleh karena itu,iman kepada nabi dan rasul merupakan satu kebutuhan fitrah manusia.Sebagai mana firman Allah
ﻱﺃﻱﻬﺎﺍﻠﻧﻲﻦﺍﻤﻦﻮﺍﺍﻤﻦﻮﺍﺑﺎﷲﻮﺮﺴﻮﻠﮫﻮﺍﻠﻜﺘﺎﺐﺍﻠﻧﻰﻨﺰﻞﻋﻠﻰﺮﺴﻮﻠﮫﻮﺍﻠﻜﺘﺎﺐﺍﻠﺫﻰﺃﻨﺰﻝﻤﻦﻗﺑﻝﻮﻤﻦﻲﻜﻔﺮﺑﺎﷲﻮﻤﻼﺌﻜﺗﮫﻮﻜﺗﺑﮫﻮﺮﺴﻠﮫﻮﺮﺴﻟﮫﻮﺍﻠﮫﻮﺍﻠﻱﻮﻢﺍﻻﺨﺮﻒﻘﺪﺿﻞﻀﻼﻻﺒﻌﻲﺪﺍ
(QS.An-Nisa’[4]:136)
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman,tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.Barang siapa yang kafir kepada Allah,malaikat-malaikat-Nya,kitab-kitab-Nya,rasul-rasul-Nya,dan hari kemudian,maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
5.Iman kepada Hari Kiamat(Hari Akhir)
Dalam Al-Quran,hari kiamat diungkapkan dengan banyak nama di samping nama Al-Qiyamah sendiri,juga diungkapkan dengan isitilah:Al-Qari’ah,Yaum Ad-Din.Yaum Ath-Thalak,Yaum Al-Hasrah,Yaum’ Al-Khuruj,As-Sa’ah,Ash-Shakhah,dan Al-Haqqah.Slah satu dari nama hari kiamat tersebut adalah Al-Haqqah berasal dari akar kata al-Haqq dan al-Haqiqah yang berarti kebenaran adalah sesuatu yang benar,ia pasti akan dating kepada manusia.Hari kiamat adalah sesuatu yang pasti,karena itu semua yang terkandung didalamnya adalah sesuatu yang benar,dan hari kiamat itu sendiri adalah hari yang benar-benar akan terjadi,hanya waktu kejadiannya dirahasiakan Allah,dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Hari kiamat berarti hari atau saat alam akan mengalami kehancuran total dan semua makhluk hidup akan mati musnah.Meskipun Allah merahasiakan waktu terjadinya(hari kiiamat),namun gambaran tentang kondisi social kemasyarakatan banyak dijelaskan dalam Al-Quran,sebagai Firman-Nya:
ﺍﻠﻘﺎﺮﻋﺔ.ﻤﺎﺍﻠﻘﺎﺮﻋﺔ.ﻮﻤﺎﺃﺪﺭﺍﻚﻤﺎﺍﻟﻗﺎﺭﻋﺔ.ﻲﻮﻢﻲﻜﻮﻦﺍﻟﻧﺎﺲﻚﻠﻔﺭﺍﺶﺍﻟﻤﺒﺜﻮﺙ.ﻮﺗﻜﻮﻦﺍﺠﺑﺎﻞﻚﻠﻌﮭﻦﺍﻠﻤﻦﻔﻭﺶ.ﻔﺄﻤﺎﻤﻦﺸﻘﻟﺖﻤﻭﺍ
ﺯﻲﻧﮫﻒﮭﻭﻒﻋﻲﺸﺔﺭﺍﻀﻰﻱﺔﻭﺃﻤﺎﻤﻦﺨﻔﺖﻤﻮﺍﺯﻲﻦﮫ.ﻔﺄﻤﮫﮬ
14
ﺎﻭﻲﺔ
(QS.Al-Qari’ah,[101]:1-5)
Artinya:
“Hari kiamat,apakah hari kiamat itu?tahukah kamu apakah hari kiamat itu?Pada saat itu,manusia seperti anai-anai yang bertebaran,dan gunung-gunung hancur seperti bulu yang dihambur-hamburkan.Adapun orang yang berat timbangan kebaikannya,maka dia berada dalam kehidupan yang memuas-kan,adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya,maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
Hikmah dari iman kepada hari kiamat ini,dapat meyakinkan seseorang bahwa semua amal perbuatannya tidak sia-sia,semua akan dihitung dan akan mendapatkan imbalan,sehingga dalam hidupnya ia senantiasa berupaya agar memiliki makna yang baik didunia maupun kelak di hari kiamat.Sikap inilah yang akhirnya dapat membuat seseorang merasa optimis dalam menatap masa depan yang akan ditempuh-nya dan mengisi hari-harinya dengan semangat bekerja dan amal saleh.
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Qadha dan qadar dalam pembicaraan sehari-hari disebut dengan takdir.Termasuk Qadha dalam Al-Quran banyak diungkapkan dan memiliki banyak arti yang meliputi:
a.Hukum
ﻔﻼﻭﺮﺒﻚﻻﻲﺆﺮﺑﻚﻻﻲﺆﻤﻨﻭﻥﺤﺗﻰﻲﺤﻜﻤﻭﻚﻔﻲﻤﺎﺸﺠﺮﺒﻲﻨﮭﻡﺸﻢﻻﻲﺠﺪﻭﺍﻒﺃﻨﻔﺴﮭﻢﺤﺭﺠﺎﻌﻤﺎﻗﻀﻲﺖﻮﻲﺴﻠﻤﻮﺍﺘﺴﻠﻲﻤ
(QS.An-Nisa’[4]:65)
Artinya:
“Demi Tuhanmu (Muhammad)bahwa mereka tidak dianggap beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,kemudia mereka tidak merasa dalam dirinya sesuatu keberatan terhadap sesuatu hukum(qadha)yang engkau berikan,dan mereka menerima sepenuhnya.”
b.Perintah
ﻮﻗﻀﻰﺮﺒﻚﺍﺍﻻﺗﻌﺒﺪﻮﺍﺍﻻﺍﻱﺎﮦ
(QS.Al-Isra’[17]:23)
Artinya:
“Dan Tuhanmu memerintahkan,janganlah kamu menyembah,kecuali kepada-Nya saja.”
c.Memberitahukan
ﻮﻘﻀﻲﻨﺎﺍﻟﻰﺑﻨﻨﻰﺍﻟﻰﺑﻨﻰﺍﺴﺭﺍﻲﻞﻔﺎﺍﻟﻜﺗﺎﺐﻟﺘﻔﺴﺪﻦﻔﻰﺍﻷﺮﺽﻌ
ﺮﺘﻲﻦ
(QS.Al-Isra[17]:4)
Artinya:
“Dan kami telah memberitahukan kepada Bani Israil dalam Al-Kitab:Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi ini dua kali.”
d.Menghendaki
ﺍﺬﺍﻗﻀﻰﺃﻌﺮﺍﻔﺈﻦﻤﺎﻲﻗﻮﻝﻠﮫﻜﻦﻒﻱﻛﻭﻦ
(QS.Ali-Imran[3]:47)
Artinya:
“Apabila Allah menghendaki sesuatu urusan,maka Dia cukup mengatakan’Jadilah!,lalu jadilah ia.”
e.Menjadikan
ﻒﻘﻀﺎﻫﻦﺴﺒﻊﺴﻤﻭﺖﻒﻲﻭﻴﻦ
(QS.Fushshilat[41]:12)
Artinya:
“Dan Allah menjadikan tujuh lapis langit dalam dua periode.”
Iman kepada qadha dan qadhar ini dalam implementasinya harus didasari dengan pemahaman secara integral antara iman dan ilmu,sebab kalau tidak,akan dapat mengakibatkan seseorang tergelincir kepada akidah dan cara hidup yang buruk dan fatal.Kekeliruan umum terhadap qadha dan qadar ini adalah”Segala nasib baik dan buruk,muslim dan kafir,jahat dan saleh telah ditetapkan secara pasti oleh Allah.Manusia ibarat robot,segala kenyataan dalam hidupnya haruslah diterima apa adanya.
Iman kepada qadha dan qadar bukan berarti harus bersikap fatalis,yaitu sikap menyerah sebelum berbuat dengan menghilangkan usaha terlebih dahulu,melainkan rela menerima apaadanya atau kerelaan hati dalam menerima realitas hidup.
Artinya usaha tetap dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan merasa puas saat menerima hasilnya bagaimanapun bentuknya,sebab segala sesuatu yang telah diusahakan tidak terlepas dari aturan dan ketentuan yang telah diusahakannya dan tidak terlepas dari aturan yang telah ditetapkan.Karna itu akan dapat mewujudkan kemantapan jiwa dan kebulatan tekad seseorang dalam memegang keyakinan serta melaksanakannya,apa pun resiko yang dihadapi,ia tetap pada pendirian dan rela menerima segala kenyataan yang telah diusahakannya.
AGAMA (DIEN)
A. PENGERTAN AGAMA
Perkataan “agama” secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta yang tersusun dari kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”. Dalam bentuk harfiah yang terpadu, perkataan agama berarti “tidak pergi, tetap ditempat, langgeng, abadi yang diwariskan secara terus-menerus dari satu generasi kepada generasi lainnya.”
Pengertian agama secara etimologis, menurut beberapa pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
a. Emile Durkheim mengartikan, sebagai adalah suatu kesatuan sistem kepercayaan dan pengalaman terhadap ia suatu yang sakral, kemudian kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu kedalam suatu komunitas moral.
b. John R. Bennet mengartikan agama sebagai penerimaan atas tata aturan terhadap kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh manusia sendiri.
c. Frans Dahler mendefenisikan agama sebagai hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan suci yang lebih tinggi dari pada manusia itu sendiri, sehingga ia berusaha mendekatinya dan memiliki rasa ketergantungan kepadanya.
d. Karl Mark berpandapat bahwa agama adalah keluh kesah dari makhluk yang tertekan hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak berjiwa, bahkan menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan sebagai candu bagi masyarakat.
e. Para ulama islam mendefenisikan agama adalah sebagai undang-undang kebutuhan manusia dari Tuhannya yang mendorong mereka untuk berusaha agar tercapai kebahagian hidup didunia dan akhirat.
Dari beberapa pengertian agama diatas, dapat disimpulkan bahwa agama (seperti yang diungkapkan oleh Endang Saefudin Anshari) merupakan satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak diluar manusia, dan satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak serta sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud.
B. KLASIFIKASI AGAMA
Secara garis besar agama dapat diklasifikasikam ke dalam dua benuk: Pertama, agama sawawi (wahyu) dan kedua agama ardhi (kebudayaan). Yang dimaksud dengan agama sawawi adalah agama yang diwahyukan dari Allah melalui malaikat-Nya kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Sedangkan agama ardhi adalah agama yang bukan berasal dari Allah dengan jalan yang diwahyukan tetapi keberadaannya disebabkan oleh proses antropologis yang terbentuk dari adat istiadat kemudian melembaga dalam bentuk agama. Karakteristik dari bentuk agama tersebut, antara lain:
a. Agama sawawi berpokok kepada konsep keesaan tuhan, sedangkan agama ardhi tidak.
b. Agama sawawi beriman kepada para nabi dan rasul, sedangkan agama ardhi tidak.
c. Bagi agama sawawi, yang dijadikan tuntunan untuk mementukan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan pada agama ardhi berbentuk tradisi atau adat istiadat.
d. Sesuai dengan ajaran dan tradisi historisnya, agama sawawi merupakan agama missionary, sedangkan agama ardhi bukan merupakan agama ardhi.
e. Ajaran agama sawawi tegas dan jelas, sedangkan ajaran agama ardhi kabur dan sangat elastis (Endang Saefudin Anshari, 1986).
Dalam perkembangan sejarahnya, ada kalannya kedua agama tersebut mengalami distorsi-distorsi karena kurang penjaganya atau mungkin mengalami penyesuaian-penyesuaian. Seperti pada agama wahyu yang dilestarikan dalam bentuk tradisi lisan dapat mengalami penyimpangan dengan adanya usaha untuk mengubah ajaran dari warna aslinya. Oleh karena itu, boleh jadi dalam agama wahyu terbawa didalamnya ajaran-ajaran manusia.
Atau pula mengalami penambahan atau perubahan secara total, mulai dari system atau konsep kepercayaan sampai kepada system upacaranya. Seperti konsep kepercayaan, mungkin saja mengalami perubahan dari politeisme menjadi monoteisme, atau sebaliknya dari monoteisme berubah menjadi politeisme. Begitu juga dalam system upacaranya, sehingga pada setiap agama dikenal dengan istilah bid’ah atau khurafat
C. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN TERHADAP AGAMA
Menurut para ahli sosiologi, perkembangan intelektual manusia dalam sejarahnya melaui tiga tahap:
a. Pertama, dinamakan taha teologis atau fiktif, yaitu tahap manusia menafsirkan seluruh gejala disekeliingan secara teologis. Tahap ini meyakinkanbahwa kekeuatan yang mengendalikan alam semesta ini adalah roh-roh atau dewa-dewa atau tuhan yang berkuasa. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dan untuk melindngi dirinya terhadap faktor-faktor yang tidak terduga timblunya.
b. Kedua, merupakan perkembangan dari tahap pertama, yaitu tahap metafisik. Pada tahap ini menusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya dapat diungkapkan. Manusia masih terikat pada cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat dengan suatu realitas tertentu dan tidak adaa usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.
Hal yang terakhir ini meruakan tugas dari ilmu pengetahuan positif yang merupakaqn tahap ketiga dari perkembangan pemikiran manusia. Suatu ilmu pengetahuan bersifat positif apabila ilmu pengetahuan tersebut memuaskan perhatiannya kepada gejala-gejala yang nyata dan konkret tanpa ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Pemikiran manusia pada tahap akhir ini, lambat laun memiliki obsesi untuk menyingkirkan nilai-nilai keagamaan bahkan menghilangkannya dari kehidupan manusia. Meskipun pada kenyataannaya bahwa ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia modern tidak lepas dari adanya unusr-unsur keyakinan logis yang tidak nyata dan konkret.
Di tengah-tengah perkembangannya, terjadi perbedaan pandangan antara para ahli tentang agama dan kebudayaan; apakah agama merupakan bagian dari kebudayaan atau kebudayaan merupkan bagian dari agama, sampai kapada akhir pemahaman bahwa agama memiliki bentuk dan isi. Apabila dilihat dari segi bentuknya, agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin yang mengandung petensi psikologis yang mempengaruhi jalan hidup manusia.
Sedangkan apabila dilihat dari segi isinya, agama merupakan ajaran atau wahyu dari tuhan yang dengan sendirinya tidak dapat dikategorikan sebagai suatu kebudayaan. Segi yang kedua ini hanya berlaku bagi agama-agama wahyu (samawi), sedangkan bagi agama-agama yang sumbernya bukan dari wahyu dapat dipandang baik bentuk maupun isinya adalah kebudayaan. Agama yang demikian berasal dari budi daya manusia atau masyarakat sendiri.
D. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA DAN PERANNYA DALAM KEHIDUPAN
Terdapat persamaan antara manusia dengan binatang, persamaan tersebut antara lain meliputi:
o Pertama, baik manusia maupun binatang mempunyai naluri makan dan minum, keduanya adalah materi yang membutuhkan materi juga dan makan minum termasuk masalah primer untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
o Kedua, manusia dan binatang mempunyai naluri untuk mempertahankan diri, tidak ada yang sukarela mengorbankan diri secara konyol dari setiap ancaman bahaya.
o Ketiga, manusi dan binatang memiliki naluri keturunan yang mengakibatkan terjaminnya kelangsungan jenis. Selain itu, naluri takut dan benci juga selalu menyertai manusia dalam kehidupannya sebagaimana adanya pada binatang-binatang.
Perbedaannya dalam persoalan naluri tersebut terletak pada factor volume. Manusia mampu mengembangkan dan mengarahkan naluri-naluri tersebut (dinamis), sedangkan binatang bersifat tetap dan tidak berubah (statis). Perbedaan yang fundamental antara manusia dengan binatang terletak pada adanya norma-norma, etika, moral atau tepatnya disebut dengan kode etik.
Perbedaan yang menyeluruh antara manusia dan binatang adalah manusia diberi akal oleh tuhan. Dengan akal pikiran itulah manusia melahirkan laku perbuatan sehari-hari dalam rangka menjalin hubungan dengan manusia lainnya. Akan tetapi, akal manusia bersifat nisbi dan sangat terbatas, tidak seluruh persoalan dapat dirajuk hakikat kebenarannya.
Menjelaskan factor-faktor kebutuhan terhadap agama dan perannya dalam kehidupan manusia dianntaranya:
1. Kebutuhan akal terhadap pengetahuan tentang hakikat terbesar dan tunggal
2. Kebutuhan fitrah manusia
3. Kebutuhan akan kesehatan dan kekuatan jiwa
4. Kebutuhan moral
IBADAH
A. PENGERTIAN IBADAH
Yang dimaksud dengan “ibadah” dalam pembahasan ini adalah ibadah secara universal atau ibadah dalam arti luas, bukan ibadah dalam arti khusus.
Kata “ibadah” adala bahasa arab yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan, merendahkan diri atau doa. Secara istilah “ibadah” berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah sebagai tuhan yang disembah. Orang yang melakukan ibadah disebut “abid” (subjek) dan yang disembah disebut “ma’bud” (objek). Semua orang dihadapan Allah sebagai abid karena manusia tersebut harus mengabdi diri kepada Allah SWT.
Ulama fikih mendefenisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah semua yang dilakukan atau yang dipersembahkan untuk mencapai keridaan Allah SWT. Dan mengharapkan imbalan pahalanya diakhirat kelak.
B. MACAM-MACAM IBADAH
Ulama ushul al-fiqh membagi ajaran islam kepada:
1. Ajaran yang dapat diketahui maksud dan tujuan pensyariatannya,
2. Ajaran yang tidak dapat diketahui sama sekali maksud dan tujuan persyariatannya,
3. Ajaran yang sebagian dari maksud dan tujuan persyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui.
Dalam kaitannya dengan pembagian ajaran islam tersebut, maka ulama fikih membagi ibadah kepada tiga macam:
a. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah semata-semata. Ciri-ciri ibadah ini adalah semua ketentuan dan aturan pelaksananya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Quran atau Sunnah. Contoh, shalat harus mengikuti petunjuk Rasul dan tidak diizinkan untuk menambah dan menguranginya, begitu juga haji dan yang lainnya. Ibadah mahdhah ini dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan kepada Allah. Ibadah ini kemudian
b. disebut ibadah dalam arti khusus yang merupakan bagian dari syariah.
c. Ibadah Ghairu Mandhah, yaitu ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah, tetapi juga menyangkut hubungan sesame makhluk, atau disamping hubungan vertikal juga ada unsur hubungan horizontal. Hubungan sesame makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan
d. manusia dengan lingkungannya, seperti dinyatakan dalam Al-Quran. Ibadah ini kemudian disebut dengn muamalah.
e. Ibadah Dzil-Wajhain, yaitu ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu ibadah Mahdhah dan Ghaiu
Mahdhah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan adanya ‘iddah’ (tempo) dalam talak nikah.
Dilihat dari segi fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkannya ibadah dapat dibagi menjadi tiga macam:
a. Ibadah badaniyah ruhiyah, yaitu suatu ibadah yang untuk mewejudkannya hanya dibutuhkan kegiatan jasmani dan rohani saja, seperti shalat dan puasa.
b. Ibadah maliyah, yakni suatu ibadah yang untuk mewujudkannya dibutuhkan kegiatan pengeluaran harta benda, seperti zakat.
c. Ibadah badaniyah ruhiyah maliyah, yakni suatu ibadah yang untuk mewujudkannya dibutuhkan kegiatan jasmani, rohani, dan pengeluaran harta kekayaan, seperti haji.
Dari segi sasaran dan manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Ibadah perorangan, yaitu ibadah yang hanya menyangkut diri pelakunya sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain, seperti shalat,
b. Ibadah kemasyarakatan, yaitu ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya, seperti sedekah dan zakat.
C. SYARAT-SYARAT IBADAH
Dalam pengertian ibadah secara umum seluruh kegiatan seorang muslim dan gerak-geriknya, sepanjang memenuhi syarat-syarat yang dapat disebut dan dinilai sebagai ibadah kepada Allah.
Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa ada lima syarat agar perbuatan seseorang bernilai ibadah disisi Allah:
a. Perbutan yang dimaksud tidak bertentangan dengan syariat islam. Oleh karena itu, berjudi sekalipun berdasarkan niat untuk mendapatkan uang untuk biaya menunaikan ibadah haji, tidak dapat dianggap sebagai ibadah, sebab berjudi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan syariat islam.
b. Perbuatan tersebut dilandasi dengan niat yang suci dan ikhlas. Dengan demikian aktivitas makan dan minum dalam kesehatan jika tidak didasari dengan niat untuk
c. mendekatkan diri dan mencari rida Allah tidak dapat dinilai sebagai ibadah, melainkan hanya bernilai kebiasaan untuk rutinitas.
d. Untuk melakukan perbuatan tersebut, yang bersangkutan harus memiliki ketangguhan hati dan percaya diri bahwa perbuatan yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan.
e. Perbuatan yang dilakukan tidak boleh menghalangi peruatan-perbuatan wajib dalam agama. Misalnya, jual beli jangan sampai membuat pelakunya lalai mengerjakan shalat.
Pengertian dan syarat-syarat ibadah tersebut merupakan pengertian ibadah secara umum. Adapun ibadah yang berupa syi’ar, seperti shalat, puasa, dan haji merupakan titik pangkal baggi ibadah dalam arti luas.
D. SIFAT DAN CIRI-CIRI IBADAH
Mustafa Ahmad Az-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih kotemporer menyebutkan beberapa sifat yang menjadi cirri-ciri ibadah yang benar:
a. Bebas dari perantara, untuk melakukan ibadah kepada Allah harus muslim tidak memerlukan perantara, tetapi harus langsung kepada Allah. Para ulama atau para tokoh agama hanya berfungsi dan berperan sebagai pengajar dan pembimbing bagi muslim lainnya.
b. Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus. Secara umaum islam tidak mengharuskan penganutnya untuk melakukan ibadah pada tempat-tempat tertentu, kecuali ibaddah haji. Islam memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat ibadah.
c. Tidak memberatkan dan tidak menyulitkan, sebab Allah SWT senantiasa menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan. Rasulullah SWA bersabda: “kamu seharusnya melakukan perkerjaan yang kamu sendiri mampu melakukanya, sesungguhnya Allah tidak menyenangi suatu perbuatan hingga kamu sendiri menyenanginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
E. HIKMAH IBADAH
Seperti yang telah diyakini oleh umat islam bahwa tidak ada satu pun diantara ciptaan dan kebijakan Allah yang hampa dari nilai-nilai kebaikan atau hikmah. Namun untuk memperolah hikmah tersebut sangat bergantung pada ilmu pengetahuan manusia yang dimilikinya.
Betapa pun suatu ibadah tidak sunyi dari hikmah, namun pelaksanaan suatu ibadah bagi seorang muslim bukan karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi berupa kebaikan dan kemaslahatan. Kendatipun demikian, jika ada kebaikan yang ditimbulkan oleh suatu ibadah, maka itu hanya merupakan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap pelakunya. Hal ini sesuai dengan tujuan utama ibadah adalah untuk melaksanakan perintah Allah agar mendapatkan rida-nya.
Pengertian ibadah, seperti yang telah dijelaskan diatas, seklaigus menunjukkan bahwa hakiki ibadah adalah ketundukan, kepatuhan dan kecintaan yang sempurna. Dalam konteks ini, maka hikmah ibadah paling tidak akan dapat melahirkan:
a. Kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk diciptakan Allah dab harus mengabdi dan menyembah hanya kepada-Nya, sehingga ibadah merupakan tugas akhir hidupnya.
b. Kesadaran bahwa sesudah kehidupan dunia ini aka nada kehidupan akhir sebagai masa untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan perintah Allah selama menjalani kehidupan didunia.
c. Kesadaran bahwa dirinya diciptakan Allah bukan sekedar perlengkapan alam semesta, melainkan justru menjadi sentral alam dan segala isinya.
Sebab-Sebab Malas Beribadah
Bergelimang dengan perbuatan dosa dan maksiat. Sebab pertama dari beberapa sebab yang menjadikan seorang malas dalam beribadah adalah bergelimang dalam dosa dan maksiat
Tidak Faham Tentang Urgensi Ibadah
Sebab kedua yang membuat seseorang malas mengerjakan ketaatan dan ibadah adalah melupakan urgensi ibadah. Diantara bentuk kelalaian seseorang adalah melupakan dirinya bahwa ia adalah mahluk yang lemah, hanya karena kehendak dan kekuatan Alloh sajalh ia menjadi kuat dalam menjaga dan mengerjakan ketaatan dan ibadah
Melupakan Kematian
Diantara sebab malas dalam beribadah adalah melupakan kematian dan kejadian-kejadian setelahnya. Wahai saudaraku, sungguh melupakan kematian dan kesulitan-kesulitan setelahnya adalah penyebab seseorang malas untuk beribadah, taat dan malas beramal shaleh.
Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah
Diantara sebab malas beribadah dan malas mengerjakan ketaatan adalah tidak tahu besarnya pahala suatu ibadah. Sungguh tidak mengetahuinya adalah sebab malas melakukan ibadah dan ketaatan, jika seseorang mengetahui besarnya suatu ibadah, niscaya ia akan rajin mengerjakannya.
Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mubah
Diantara sebab malas mengerjakan ibadah dan ketaatan adalah berlebih-lebihan dalam
perkara mubah. Yaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan serta yang lainnya. Seluruhnya adalah penyebab malas beribadah, karena berlebih-lebihan dalam hal tersebut dapat menyebabkan lesu, ingin mudah istirahat dan tidur.
Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
.Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri
seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya
berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziya
Cara untuk meningkatkan Ibadah
Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab ikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)
Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)
Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)
Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk
Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)
Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)
Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’
Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci
kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.
Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)
Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)
Sering menghisab diri
Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”
Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah jam sehari semalam.
Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
nuntuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria)
Jadi untuk menjadi manusia yang kuat iman kita harus memperkuat iman dengan cara-cara diatas, supaya kita menjadi manusia yang terpilih dimata allah, bukan dimata manusia